Kebahagiaan terlihat jelas di wajah Sultan dan orang tua Yasmin saat membicarakan rencana pernikahan putra dan putri mereka. Hal itu pun membuat telinga Jody kembali panas jika mengingatnya, entah apa istimewanya Yasmin sehingga Papanya begitu ingin menjodohkannya dengan orang yang sama sekali tak ia cintai. Beberapa pendapat yang dilontarkan padanya hanya ditanggapi Jody dengan senyum sinis, andai ia bisa menentang semua ini tentu saja ia akan menolak mentah-mentah ide gila Papanya, namun ia tak memiliki kekuatan untuk menentang perintah Papanya.
Pandangan Jody teralih pada pintu Restauran, entah apa yang dilakukan oleh Yasmin sekarang hingga sampai detik ini ia tak kunjung kembali dari toilet, perintah dari Papanya untuk menjemput Yasmin pun membuat Jody sebal, padahal ia sudah menjelaskan pada mereka jika Yasmin sendiri yang menyuruhnya untuk kembali kesini.
"Jody, kemana Yasmin? Kok belum juga datang kesini," tanya Sultan.
"Pa tadi kan aku sudah bilang Yasmin ke Toilet, aku sudah mengajak dia kesini tapi dia sendiri yang gak mau, ada urusan katanya. Gak tau ngapain aja di toilet," jawab Jody, selintas pikirannya pun teringat akan kondisi Yasmin, belum sempat ia menanyakan sang Papa malah terus mengomelinya.
"Kamu ini gimana sih, dia kan calon istri kamu. Harusnya kamu temani dia dong,"
"Jody temani dia ke toilet? Aduh Papa, Papa gak tau aja tadi Jody diserang sama cewek-cewek yang menyeramkan di toilet gara-gara mencari Yasmin,"
"Itu kan sudah jadi resiko kamu, kalau sampai Yasmin kenapa-napa Papa gak akan memaafkan kamu,"
"Tapi Pa,"
"Gak ada tapi-tapian, jadi laki-laki itu harusnya bisa bertanggung jawab, masa' calon istrinya ditinggal begitu saja,"ujar Sultan pada putranya itu.
"Sudah Mas, gakpapa, namanya juga anak muda, mungkin sebentar lagi Yasmin kembali," tenang Tito.
"Iya mas, semua butuh proses, Jody juga masih belajar buat memahami Yasmin,"
"Papa memang gak pernah mengerti aku Tante," gerutu Jody sebal.
"Sudah Om gak usah dipaksa, kalau si manja ini gak mau jemput kak Yasmin biar Jessica aja, memang cowok gak bertanggung jawab banget dia. Sial banget kak Yasmin punya calon suami kayak dia," ujar Jessica sebal.
"Jessica kamu gak boleh berbicara seperti itu nak, Jody itu calon Kakak ipar kamu,"
"Biarin aja Pa, memang kenyataannya dia gak bertanggung jawab kok,"
"Eh, lo bilang apa barusan! Gue gak bertanggung jawab, enak aja lo,"
"Lah, memang kenyataan kok, gak jelas banget sih jadi cowok,"
"Jessica sudah sayang, gak boleh berbicara seperti itu. Kamu duduk sekarang mungkin Yasmin sebentar lagi kesini," pinta Maya pada putrinya.
"Nah! dengerin tu kata Mama lo," Jody menyeringai. Jessica hanya cemberut melihat sikap Jody yang begitu menyebalkan. Ia tak bisa membayangkan bagaimana kehidupan kakaknya kelak jika menikah dengan pemuda sombong ini, pasti Yasmin akan sangat menderita dan tertekan.
"Semoga kakak gue segera mendapatkan hidayah biar menolak menikah sama lo,"
"Siapa juga yang setuju dengan pernikahan ini, gue juga ogah,"
"Jody! Kamu gak boleh bersikap begitu,"
"Iya...iya Pa, sorry," jawab Jody manyun diselingi tawa Jessica yang begitu puas melihat pemuda itu dibentak oleh Papanya.
"Rasain lo,"
"Ma, Pa dan Om maaf tadi antriannya panjang," sesal Yasmin saat menghampiri mereka. Semua menatap kehadiran Yasmin dengan heran, tak terkecuali Jody saat memandangi wajah Yasmin yang begitu pucat.
"Kak Yasmin, kakak kenapa? Kok pucat banget," tanya Jessica terlihat khawatir.
"Kakak gakpapa Jes,"