Bukan Selamat Tinggal Yasmin

Sandra Arq
Chapter #9

Pernikahan Kontrak

Pagi Harinya

Jody menyipitkan matanya saat cahaya matahari menembus ventilasi kamarnya, ia melirik jam di dinding dengan pandangan melotot, entah kenapa ia bisa seteledor ini hingga harus bangun kesiangan, untuk mengejar kuliah pagi pun tak sempat lagi ia lakukan. Beberapa kali pemuda itu mendengus mengutuki acara semalam, andai jamuan bodoh itu tak terjadi mungkin saja ia tak akan kesiangan seperti ini.

"Hhh ini semua gara-gara Papa, coba kalau semalam gak mengajak gue ke acara itu pasti gue gak bakalan kesiangan," gerutu Jody, ia pun segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Jody tak punya waktu lagi mengejar semua ketinggalannya.

"Kacau semua kalau setiap hari kayak gini, mana ada janji juga sama teman-teman di kampus," decak Jody, matanya pun kini melirik ponselnya yang berbunyi.

"Hallo Pa," jawab Jody dengan lesu.

"Jody kamu baru bangun?"

"Hmm iya aku masih ngantuk, Papa tau kenapa? Ini semua karena acara bodoh semalam jadi aku ketinggalan kuliah pagi,"

"Kamu ini jangan bersikap seperti itu, walau bagaimana pun kan itu juga acara kamu,"

"Iya Pa tapi itu...,"

"Gak ada tapi-tapian, hari ini kamu izin dulu ke kampus. Papa tadi sudah menelpon Dosen kamu,"

"Loh, kenapa memangnya Pa? Aku kan lagi ada ujian juga, bukannya kata Papa aku harus rajin kuliah,"

"Khusus hari ini saja Papa izinkan kamu, jadi kamu gak usah berangkat ke kampus kamu,"

"Memangnya kenapa?" tanya Jody penasaran.

"Kamu jemput Yasmin sekarang di rumahnya, hari ini kalian akan mencoba cincin pernikahan kalian di toko perhiasan. Sekalian juga kalian bisa menghabiskan waktu berdua,"

"Apa? Aku pergi sama Mbak itu berdua,"

"Iya, gak ada masalah kan? Gadis yang kamu panggil Mbak itu akan menjadi calon istri kamu jadi Papa minta kamu menjemput Yasmin sekarang, terus kalian pergi berdua ke toko perhiasan,"

"Tapi Pa aku,"

"Sudah gak ada bantahan, ini perintah Papa. Sekarang kamu berangkat karena Yasmin sudah menunggu di rumahnya," belum sempat Jody menjawab Papanya itu sudah menutup telponnya.

Jody menarik nafas dalam saat perintah Papanya begitu memberatkannya, entah sampai kapan ia harus menghadapi situasi seperti ini.

"Oke Jody lo sekarang tenang, iya lo harus tenang, anggap ini ujian buat lo," ucap Jody mendengus, emosinya pun hampir meledak karena permintaan Papanya.

"Papa sepertinya mau membuat gue gila mendadak, kemarin acara bodoh itu sekarang menemani dia ke toko perhiasan. Lama-lama bisa depresi gue karena rencana pernikahan bodoh ini," gerutu Jody, ia pun segera bergegas menyiapkan diri sebelum sang Papa kembali mengomelinya.

*

Jody menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi saat rasa kesal terhadap Papanya masih saja menumpuk, ia tak pernah membayangkan sebelumnya harus berurusan dengan rencana pernikahan apalagi selama ini ia selalu menghindarinya, baginya pernikahan seperti racun yang kapan saja mematikannya jika terjermus di dalamnya.

"Oke, gue bakal menuruti keinginan Papa tapi jangan harap gue akan mencintai gadis itu Pa karena itu gak akan pernah terjadi," batin Jody.

Tak butuh waktu lama pemuda itu pun sampai di kediaman Yasmin, ia melirik sekitarnya yang terlihat sepi, entah kemana penghuni rumah ini bukannya gadis itu sudah menunggunya di rumah, Jody mengingat ucapan Papanya.

"Dia kemana sih?" ucap Jody bingung, pemuda itu pun melirik disekitarannya yang begitu sepi tak mungkin ada orang di dalam rumah Yasmin jika pagar rumahnya saja terkunci rapat seperti ini.

"Jangan-jangan gue cuma dibohongin, tau begitu mending gue pulang aja ngapain buang-buang waktu kesini," dengus Jody hendak menuju ke mobilnya.

"Jody," ucap suara yang cukup Jody kenal, ia menatap Yasmin yang baru muncul dihadapannya. Jody memandangi Yasmin yang terlihat lebih baik dari biasanya, tak ada lagi raut pucatnya seperti semalam.

"Lo dari mana aja sih,"

Lihat selengkapnya