Saat itu Yasmin tak bisa menjelaskan pada Fadel mengenai keadaannya, ia tak ingin mengecewakan Fadel karena penyakitnya. Keputusanya untuk mengakhiri hubungan mereka pun membuat Fadel begitu terluka, sejak itu Yasmin menutup diri pada pria yang mencoba mendekati dan melamarnya karena satu alasan yaitu penyakitnya.
"Cincin itu, cincin yang sama dengan yang diberikan Fadel dulu," batin Yasmin melihat motif cincin permata didepannya.
Yasmin mencoba melupakan perasaannya pada Fadel. Pemuda itu pun mungkin sudah bahagia sekarang dengan kehidupannya, Yasmin tak ingin kegundahan akan Fadel kembali menyakitinya.
Tatapan Yasmin kini beralih pada Jody yang terlihat bahagia berbicara dengan seseorang yang menelponnya, tak pernah ia melihat tawa selepas itu saat berada dengannya, sangat wajar jika Jody begitu membenci pernikahan mereka sedangkan ia masih terlalu muda untuk menikmati masa-masa remajanya.
"Kenapa aku harus memilih dia Tuhan. Apa ini gak akan adil buat dia? Aku harap ini keputusan yang terbaik walaupun kelak kami akan berpisah, paling tidak itu gak akan menyakiti hati kami berdua," batin Yasmin sedih.
Yasmin kembali fokus pada cincin di depannya. Tangan Yasmin hendak meraih cincin permata yang bermotif hati itu, namun ada tangan lain juga yang meraihnya hingga membuatnya cukup kaget.
"Maaf," ucap suara yang terdengar di depan Yasmin, pandangan Yasmin pun membulat melihat sosok itu yang terlihat sangat jelas dihadapannya, entah apa yang sedang dilakukannya disini, kenapa rasa itu kembali hadir di hatinya saat wajah orang itu begitu nyata di depannya.
"Fadel,"
Fadel pun tak kalah kaget melihat Yasmin, ia terdiam dengan tatapan nanar memandangi gadis itu. Namun, lamunan Fadel pun membuyar saat seorang gadis cantik menghampiri dan menggandeng tangannya.
"Sayang sudah dapat cincinnya?" ucap gadis itu dengan manja.
"Hmm sudah sayang," Fadel menunjukan cincin tersebut pada gadis yang bersamanya.
"Dia siapa sayang? Kok ngeliatin kamu kayak gitu banget," tanya gadis itu menatap Yasmin dari ujung kepala sampai kaki, Yasmin pun tertunduk saat keduanya terus memandanginya dengan heran.
"Aku...,"
"Hmm dia teman aku sayang, kenalin dia Yasmin. Yasmin ini calon istri aku Aurel," ucap Fadel.
"Aurel," ujar gadis itu mengulurkan tangannya, Yasmin mencoba menguatkan hatinya menjabat tangan calon istri dari pria yang pernah berarti di hidupnya, mungkin semua ini karma yang harus ia rasakan saat cinta yang pernah dimilikinya dulu harus pergi karena keputusannya.
"Yasmin," ujarnya menjabat tangan Aurel.
"Senang bertemu dengan kamu Yasmin, jangan lupa ya datang ke pernikahan kami minggu depan. Dia juga di undang kan sayang?" ucap Aurel.
"Hmm Iya," jawab Fadel, pandangannya pun tak beranjak pada sosok mantan kekasihnya itu.
Yasmin tak bisa menutupi kesedihannya, i berusaha tegar dan tak ingin menunjukan kesakitannya karena keputusan Fadel ini, tubuhnya pun terlihat gemetar mendengar ucapan Aurel yang berhasil menusuk ke dasar hatinya.
"Semoga kalian bahagia, selamat Del akhirnya kamu menemukan kebahagiaan kamu, hmm aku...aku permisi," pamit Yasmin pada keduanya.
"Yasmin," panggil Fadel, yang membuat langkah Yasmin terhenti. "Terima kasih doanya," ujar Fadel singkat.
Yasmin tersenyum getir, mau tidak mau ia harus siap jika Fadel sudah menemukan penggantinya. Yasmin segera meninggalkan Fadel dan tunangannya, ia menghampiri Jody yang masih sibuk dengan ponselnya. Wajah Yasmin tiba-tiba memucat, jemarinya pun terasa dingin, kenapa rasa sesak tak pernah lepas dari ingatannya mengingat pria yang begitu ia cintai justru hadir kembali, namun dengan orang lain yang menjadi calon istrinya. Tangis Yasmin pun meluruh ia tak bisa lagi menahan beban ini saat semuanya terasa rumit. Jody pun memandangi gadis itu dengan bingung, entah apa yang terjadi dengan calon istrinya.
"Yasmin, lo kok nangis?" tanya Jody heran.
"Aku...aku gakpapa Jod," kilah Yasmin dengan menyeka air matanya.
"Hhh gakpapa? Lo pikir gue bodoh. Lo kenapa nangis? Ada apa? Perasaan gue gak ngapa-ngapain lo deh, gue sibuk menelpon teman gue dari tadi,"
"Aku gakpapa Jody, aku baik-baik aja. Kamu gak usah khawatir," jawab Yasmin semakin sesak.
Jody pun menangkup wajah gadis itu meminta Yasmin menatapnya, ia sama sekali tak mengerti kenapa harus bersikap seperti ini, melihat Yasmin yang terisak pun membuatnya semakin heran.
"Lo gak usah bohong, lo kenapa?"
"Aku baik-baik aja," Yasmin menepis tangan pemuda itu, Jody pun semakin kesal saat jawaban itu kembali ia dengar dari Yasmin.
"Ya sudah kalau lo gak mau cerita, mending lo sekarang diam. Berisik banget tau suara tangisan lo itu, lo ganggu aja," ujar Jody sedikit meninggi.