Bukan Selamat Tinggal Yasmin

Sandra Arq
Chapter #11

Peduli Tapi Gengsi

Yasmin mengingat kembali rencana pernikahannya yang semakin dekat, kesepakatannya dengan Jody pun sudah bulat jika tidak akan ada ikatan diantara mereka walau pernikahan sakral itu terjadi.

"Yang kamu ucapkan benar Jod, aku memang wanita bodoh, gak seharusnya aku mengharapkan pria yang sudah memiliki calon istri," Yasmin menyesali sikapnya. Jody pasti kecewa dengannya apalagi saat ia menamparnya tadi. Sungguh Yasmin tak bermaksud seperti itu, tapi ucapan pedas Jody juga membuatnya terluka.

"Sudah saatnya kamu memulai hidup baru dan menutup lembaran lama bersama Fadel," Yasmin menyeka air matanya mengingat Fadel.

Kembali rasa sakit yang tak tertahankan dirasakan Yasmin, mengapa beban berat yang ìa hadapi harus mempengaruhi kondisi kesehatannya. Pandangan Yasmin berubah nanar saat cairan merah pekat keluar dari mulutnya hingga membuatnya ingin menyerah. Orang-orang disekitaran tempat itu pun menatap Yasmin dengan bingung, saat tubuhnya beberapa kali hendak tumbang.

"Mbak gakpapa?"

"Mbak sakit ya? Hidung mbak mengeluarkan darah,"

"Saya gakpapa Bu, saya baik-baik aja,"

"Saya antar pulang ya mbak, alamat rumah mbak dimana atau saya antar ke rumah sakit aja,"

"Hmm gak Bu, terima kasih, saya gakpapa," Yasmin mencoba bangkit, pusing yang melanda kepalanya pun seakan tak tertahan saat pandangannya tiba-tiba mengabur. Harusnya ia tak memaksakan diri seperti ini dan mengikuti saran Jody untuk pulang ke rumah.

"Kamu harus kuat Yasmin, jangan menyerah. Kamu pasti bisa melawan rasa sakit ini," Yasmin berjalan dengan langkah tertatih, kembali ia memuntahkan cairan pekat yang sudah memenuhi tangannya. Wajahnya pun terlihat pucat melihat semua itu, apa mungkin kematian semakin dekat untuknya. Perlahan mata Yasmin terpejam hingga membuat tubuhnya meluruh.

"Yasmin...Yasmin bangun, Yasmin lo kenapa?" ucap suara yang terdengar samar di telinga Yasmin.

Yasmin menatap sendu seseorang yang sudah memeluknya erat, hanya kehangatan yang ia rasakan saat orang itu mendekap tubuhnya.

"Jody," lirihnya dengan lemah.

"Yasmin lo kenapa? Apa yang terjadi sama lo? Gue sudah bilang kan sama lo tadi, lo pulang ke rumah. Kenapa lo harus keras kepala kayak gini, lihat kondisi lo sekarang," ujar Jody terlihat panik.

"Aku...aku minta maaf sudah menampar kamu Jod, a...aku...," Jody pun terdiam saat Yasmin memejamkan matanya, entah apa yang terjadi dengan calon istrinya itu.

"Yasmin, buka mata lo," pinta Jody, ia tersentak saat tak ada reaksi apapun dari Yasmin, beberapa kali Jody mencoba menggerakan tubuh Yasmin namun hanya kesunyian yang ia rasakan saat gadis itu hanya diam tanpa merespon ucapannya.

"Apa yang terjadi dengannya Tuhan, aku mohon lindungi dia,"

*

Jody segera membawa Yasmin ke rumah sakit, pemuda itu terlihat kebingungan mengingat keadaan Yasmin. Banyaknya darah yang mengalir dari hidungnya pun membuat Jody cukup syok.

"Apa yang terjadi dengan dia Tuhan, kenapa keadaannya bisa kayak gini," batin Jody penuh tanya, ia pun meminta bantuan suster untuk membawa Yasmin ke ruangan darurat.

"Mas bisa tunggu di luar, biar kami yang mengurus keadaan pasien,"

"Tapi Sus saya...,"

"Kami mohon pengertiannya," ucap suster menutup pintu rapat. Jody berdecak mendengar itu, kenapa Yasmin lagi-lagi harus merepotkannya seperti ini, mengingat sikap keras kepala Yasmin membuat Jody begitu kesal, andai ia tak kembali ke taman itu entah apa yang akan terjadi dengan Yasmin.

"Hhh bodoh, apa urusannya sama lo Jody. Mau dia kenapa-napa juga itu masalah dia, belum menikah aja dia sudah sering menyusahkan lo," dengus Jody.

Mata Jody terus melirik ruangan di depannya, entah bagaimana ia harus menghubungi keluarga Yasmin, melihat kondisinya pun tentu mereka akan begitu cemas.

"Gimana mau menghubungi keluarganya kalau gue sendiri gak ada nomornya," Jody mengacak rambutnya kesal, bukan kali ini saja Jody melihat Yasmin seperti itu. "Apa yang sebenarnya terjadi dengan lo Yasmin?" batin Jody penuh tanya mengingat keadaan calon istrinya itu.

Di dalam ruang perawatan dokter Ina yang merupakan sahabat Yasmin terus mengupayakan untuk mengembalikan keadaan gadis itu, raut wajahnya pun terlihat cemas saat Yasmin tak kunjung meresponnya. Kondisi Yasmin yang akhir-akhir ini kelelahan memang membuatnya sering drop, ditambah lagi dengan masalah yang tak habisnya menimpanya.

"Yasmin aku tau kamu kuat, aku mohon kamu harus bertahan demi orang-orang yang membutuhkan kamu," ucap dokter Ina, kembali beliau meletakan alat pacu jantung ke dada Yasmin hingga gadis itu pun mulai terlihat bereaksi, dokter Ina terlihat lega melihat keadaan Yasmin yang kembali membaik.

"Fadel...Fadel," ucap Yasmin mengingau.

"Yasmin kamu baik-baik aja, apa kamu bisa mendengar aku?" tanya Ina. Perlahan Yasmin membuka matanya menatap sahabatnya itu.

Lihat selengkapnya