Yasmin perlahan membuka matanya saat merasakan sesuatu hangat melingkar di tubuhnya, ia terdiam melihat Jody yang masih terlelap disampingnya dengan memeluknya erat, entah apa yang terjadi semalam, Yasmin sendiri tak sepenuhnya mengingat saat kepalanya masih begitu pusing.
"Apa yang terjadi? Kenapa Jody bisa berada disini," gumamnya bingung. Pandangan Yasmin kini teralih pada jam yang tergantung di dinding yang sudah menunjukan pukul 8 pagi. Walau kondisinya saat ini masih begitu lemas, namun Yasmin berusaha beranjak dari tempat tidur. Perlahan ia menyingkirkan tangan Jody dari tubuhnya dan menuju ke jendela membuka gorden membiarkan cahaya pagi memasuki tempat itu.
"Tatapan Yasmin terus fokus pada kilauan cahaya matahari pagi yang begitu terang, ia pun menyadari jika saat ini sedang berada di Apartemen Jody, laki-laki yang sudah resmi menjadi suaminya. Yasmin pun menghela nafas berat saat kembali mengingat kejadian di resepsi pernikahan mereka semalam saat kembali penyakit mematikan itu membuatnya tak bisa berbuat apa-apa.
"Kamu sudah bangun?" ujar Jody cukup mengagetkan Yasmin saat pemuda itu sudah berada di )belakangnya.
"Kamu?" ucap Yasmin saat mendengar Jody memanggilnya seperti itu.
"Kenapa? Memangnya ada yang aneh, biasa aja kali. Kita kan sudah menikah, aku cuma gak mau aja nanti Papa curiga kalau kita manggilnya lo-gue,"
"Hmm iya" jawab Yasmin mengerti.
"Gimana keadaan kamu sekarang?"
"Aku...aku baik-baik aja, terima kasih banyak Jod,"
"Gak usah ngucapin terima kasih, lagian aku juga gak melakukan hal yang istimewa kok sama kamu," ucap Jody seraya berjalan menghampiri handuknya, Yasmin menghela nafas karena sikap Jody masih saja dingin padanya.
"Oh ya, lain kali kalau kondisi kamu lagi gak baik jangan memaksakan semuanya deh jadi kamu gak menyusahkan banyak orang. Kamu tau gak karena kamu pingsan semalam semua orang jadi panik, kayaknya kamu memang suka banget ya menyusahkan orang lain," omel Jody.
"Jody aku,"
"Gak usah memberikan alasan karena aku sudah tau jawabannya," jawab Jody seraya memasuki kamar mandi meninggalkan Yasmin yang masih menatapnya.
Bagi Yasmin tak ada yang salah dari perkataan Jody, mengingat keadaannya semalam mungkin semua orang menjadi panik memikirkannya. Sungguh ia tak bermaksud seperti itu, ia pun masih tak percaya jika Jody memeluknya. Apa mungkin pemuda itu terus menjaganya semalaman? Yasmin pun merasa bersalah jika kembali menyusahkan orang-orang disekitarnya karena penyakitnya.
"Maafin aku Tuhan, jika kehadiran aku hanya menjadi beban buat orang lain. Aku terlalu lelah menghadapi semua ini, andai saat ini juga engkau mengambil nyawaku, aku akan ikhlas kalau semua itu memang yang terbaik buat aku," lirih Yasmin saat setitik air matanya kembali mengalir, ia tak tau sampai kapan mampu bertahan dengan penyakit mematikan ini. Vonis yang diberikan oleh dokter membuatnya tak sanggup untuk menjalankan semuanya.
"Gak Yasmin, kamu gak boleh menyerah. Kamu harus yakin kamu pasti sembuh, iya kamu akan sembuh. Kamu harus kuat demi orang-orang yang membutuhkan kamu," lirihnya terisak mengingat keluarganya yang menaruh harapan besar padanya.
Ponsel Yasmin pun berdering, saat Jessica menghubunginya.
"Hallo Jes,"
"Kak Yasmin, kakak sudah bangun ya? Gimana keadaan kak Yasmin, kakak baik-baik aja kan,"
"Kakak baik-baik aja kok Jes, kamu gak perlu khawatir,"
"Gimana aku gak khawatir kak, semalam kakak pingsan. Darah dari hidung kakak banyak banget yang keluar, semua orang panik dengan keadaan kak Yasmin, untung si Jody ada gunanya juga. Dia langsung membawa kakak ke apartemennya,"
"Kakak sudah gakpapa Jes, Mama dan Papa gimana sekarang?"
"Mama sama Papa baik-baik aja kak, mereka menanyakan terus keadaan kak Yasmin,"
"Syukurlah, maaf ya Jes kalau kakak lagi-lagi merepotkan kamu, Mama dan Papa,"
"Gak kak, kak Yasmin gak pernah merepotkan kita. Kakak harus janji sama Jessica apapun keadaan kakak, jangan pernah menyerah. Jessica yakin kak Yasmin pasti sembuh,"
"Tapi kemungkinan itu sangat kecil Jes, kakak gak sanggup kayak gini terus," lirih Yasmin seakan menyerah.
"Kakak harus yakin karena gak ada yang gak mungkin di dunia ini kalau kita mau berusaha, yang terpenting kak Yasmin jangan terlalu kecapekan dan jangan terlalu fokus pada pekerjaan dulu, kak Yasmin harus banyak istirahat,"
"Iya sayang,"
"Oh ya gimana Jody? Dia gak macam-macam kan sama kakak atau menyakiti kak Yasmin, memang sih dia kemarin panik banget waktu kakak pingsan tapi tetap aja aku gak percaya kalau dia sudah berubah. Pokoknya kakak gak usah takut ya, aku gak akan pernah membiarkan Jody menyakiti kakak atau pun melukai kak Yasmin, kakak harus bisa jaga diri kakak ya dari dia,"
"Iya Jes, ketakutan kamu itu terlalu berlebihan sayang, Jody bukan teroris kok hehe,"
"Tapi dia cowok paling menyebelkan kak, huff mimpi apa aku punya kakak ipar kayak dia,"
"Hmm ya sudah ya Jes daripada ngomel begitu, lebih baik sekarang kamu siap-siap buat berangkat kuliah nanti telat loh,"
"Iya kak, oke aku tutup telponnya ya, see you," ucap gadis itu menutup telponnya.
Perasaan Yasmin pun sedikit lebih lega saat berbicara dengan adiknya, semangat yang selalu diberikan Jessica pun membuatnya begitu terharu.
"Kakak sayang kamu Jes," lirih Yasmin menyeka air matanya.
"Kok kamu belum siap-siap sih Yasmin, hmm kamu lupa ya kalau Papa menunggu kita buat breakfast bareng?" ujar Jody cukup mengagetkan Yasmin.
"Breakfast bareng?"
"Iya ckck, jelas-jelas semalam Papa bilang mau breakfast sama kita kok kamu malah bengong disini sih,"
"Aku,"
"Sudah mending sekarang kamu siap-siap, aku gak mau Papa mengomel lagi karena ketelatan kamu itu. Hhh mana kamar masih berantakan lagi, kamu itu harusnya lebih peka. Apa memang keseharian kamu kayak gini ya di rumah?" omel Jody.
"Maaf Jod, tadi ada telpon dari Jessica nanti aku beresin kamarnya," ujar Yasmin mulai melipat selimut dan menyusun bantal-bantal yang berantakan. Jody pun memandangi gadis itu yang masih begitu pucat, mengingat kondisinya semalam pun cukup membuatnya khawatir karena keadaannya.
"Sudah, kerjaan kamu lama deh. Lebih baik kamu mandi sekarang dan siap-siap biar aku yang beresin kamar ini,"
"Tapi bukannya tadi kamu bilang...,"
"Kamu dengar gak sih Yasmin, biar aku aja yang beresin. Ini kan kamar aku, jangan bilang kalau kamu lupa dengan perjanjian kita ya. Pernikahan ini cuma kontrak, apapun yang ada di apartemen ini semuanya hak aku, bukan kamu," ucap Jody.