"Papa egois dan gak pernah memikirkan perasaan aku," gerutu Jody.
"Aku gakpapa Jod, aku bisa pergi sendiri ke Butik,"
"Yasmin kamu gak dengar apa yang dibilang Papa tadi? Atau kamu memang sengaja mau melihat aku diomelin Papa karena gak nganterin kamu ke Butik,"
"Jody bukan itu maksud aku, kamu kan juga harus ke kampus, aku bisa pergi sendiri kok,"
"Sudah ya lebih baik kamu gak usah banyak protes, kamu buruan sarapannya terus kita bersiap-siap untuk pergi ke tempat kerja kamu itu," jawab Jody dengan ketus.
"Jody tapi...,"
"Yasmin, kamu dengar gak sih! Aku gak punya banyak waktu buat mendengarkan protes kamu itu, lebih baik kita pergi ke Butik sekarang," Jody menggandeng tangan Yasmin dan meninggalkan Restauran. Yasmin menarik nafas dalam melihat sikap Jody yang selalu berubah-ubah seperti ini, terkadang ia begitu baik dan ada kalanya begitu kasar, Yasmin sendiri tak bisa memahami pemuda itu.
*
Tatapan Jody terus fokus pada jalanan di depannya, rasa canggung begitu terasa didiri Yasmin saat pemuda itu sama sekali tak berbicara padanya, melihat wajah Jody yang masih ditekuk seakan menunjukan kemarahannya pada keputusan Papanya.
"Jody apa kamu baik-baik aja?" tanya Yasmin yang ditanggapi Jody dengan berdehem. Yasmin pun terlihat bingung untuk memulai pembicaraan mengingat perjanjian di pernikahan kontrak mereka, karena ia tak berhak untuk mencampuri urusan pemuda itu. Yasmin mengalihkan pandangannya disekitaran jalan, ada baiknya ia tak menganggu Jody dalam keadaan yang begitu kacau seperti sekarang.
Lamunan Jody seketika membuyar saat Vianka menghubunginya, senyum di wajah pemuda itu pun kembali merekah membaca sms dari kekasihnya itu.
"Hallo," ujarnya menghubungi gadis itu.
"Hallo sayang, kamu lagi apa sekarang?"
"Aku...aku lagi di jalan," jawab Jody seraya melirik Yasmin yang berada di sampingnya."Hmm kamu lagi di mana?" sambung Jody.
"Aku masih di kampus sayang,"
"Oh, lagi sibuk ya,"
"Iya aku habis praktikum sayang, sebentar lagi mau otw pulang nih," jelas Vianka di seberang sana.
"Kamu hati-hati ya nyetirnya, jangan ngebut,"
"Iya sayang, oh ya tadi aku coba telpon kamu tapi gak kamu angkat,"
"Sorry, tadi handphonenya aku silent, tapi aku sudah baca sms kamu kok,"
"Jadi malam ini kamu bisa kan menemani aku?"
"Iya, see you ya nanti aku jemput,"
"Oke, bye sayang,"
"Hmm," Jody menutup pembicaraan.
Yasmin pun melirik Jody yang terlihat begitu ceria setelah menelpon seseorang, entah siapa orang yang sudah berbicara dengannya, mendengar pembicaraan mereka yang cukup intens pun seakan menunjukan hubungan yang tak biasa diantara mereka.
"Gak Yasmin, kamu kenapa memikirkan soal itu," batin Yasmin.
"Oh ya tempat kerja kamu masih jauh ya? Perasaan dari tadi kita gak sampai ke Butik yang kamu sebutkan itu," ujar Jody membuyarkan lamunan Yasmin.
"Di perempatan jalan sana Jod, kamu sudah ada janji ya?" selidik Yasmin.
"Kenapa memangnya?"
"Gak, maksud aku kalau kamu ada janji. Kamu bisa turunkan aku disini," pinta Yasmin.
"Memangnya kamu gakpapa kalau aku turunkan disini?"
"Iya, lagian sudah dekat kok dengan tempat kerja aku,"
"Hmm aku tau, jangan-jangan kamu bilang kayak gini karena kamu mau membuat aku semakin kena marah Papa ya? Terus kamu bilang ke Papa kalau aku gak mau mengantarkan kamu ke Butik, hebat banget rencana kamu Yasmin," dengus Jody.
"Jody bukan itu maksud aku, tapi...,"
"Tapi apa? Aku gak percaya sama penjelasan kamu jadi kamu gak usah memberikan alasan apapun juga sekarang. Kalau pun kamu mau turun kenapa gak di tempat sebelumnya,"
"Terserah kamu mau percaya atau gak Jod, aku cuma gak mau urusan kamu terhambat karena nganterin aku,"
"Gak usah peduli deh sama aku karena aku gak butuh itu. Lagian apapun urusan aku, kamu gak perlu ikut campur kan? Pernikahan kita cuma kontrak,"
"Hmm maaf,"
"Sudah Yasmin, lebih baik sekarang kamu diam. Aku capek berdebat sama kamu, dasar keras kepala!" Jody kembali menyetir mobilnya cepat hingga Yasmin kembali menghela nafas karena kata-kata pedasnya.
Tak butuh waktu lama, mobil Jody pun terparkir di halaman butik di tempat Yasmin bekerja, kehadiran mereka disambut oleh beberapa karyawan yang tak hentinya mengucapkan selamat dengan pernikahan mereka. Sebenarnya ada rasa tak enak didiri Yasmin melihat semua orang percaya dengan pernikahan mereka, Jody pun menanggapi ucapan teman-teman Yasmin dengan ramah, senyum palsu pun kembali Yasmin lihat di wajah Jody yang sangat berbeda saat mereka berada di dalam mobil tadi.
"Suami kamu cakep banget Yasmin, ciee yang dapat berondong nih," goda mereka.
"Iya kalau berondongnya kece kayak gitu gue juga mau Yasmin, kamu carikan aku juga dong hehe," canda salah satu teman Yasmin.
"Semoga pernikahan kalian langgeng ya sampai mau memisahkan,"
"Terima kasih ya doanya. Aku doain juga kalian secepatnya menyusul,"
"Aamiin,"
"Hmm ya sudah sayang, aku ke kampus dulu ya kalau ada apa-apa kamu bilang aja nanti," ucap Jody dengan begitu lembut, mungkin bagi teman-teman Yasmin mereka merupakan pasangan yang romantis tapi semua ini tak lebih hanya kepalsuan yang harus mereka jalani di pernikahan ini.
"Iya, kamu hati-hati di jalan Jod"
"Iya, tapi kamu ingat Yasmin jangan sampai orang-orang curiga dan tau kalau pernikahan kita ini cuma kontrak. Aku melakukan ini semua karena Papa, kamu ngerti kan maksud aku," bisik Jody di telinga Yasmin.
"Aku tau, kamu gak perlu khawatir lagian aku gak mungkin cerita dengan teman-teman aku soal pernikahan kontrak kita, ini sudah kesepakatan kita bersama,"
"Oke, bagus kalau kamu mengerti. Hmm aku pergi ya sayang nanti aku jemput," pamit Jody seraya mencium kening Yasmin, gadis itu pun terdiam karena sikap Jody, sedangkan teman-teman Yasmin terus menggodanya melihat perhatian Jody.