Jody membaringkan Yasmin di tempat tidur mereka, pandangannya terfokus pada gadis itu yang terlihat begitu lelap. Kejadian di butik tadi pun masih saja membuat benaknya bertanya-tanya mengenai hubungan Yasmin dengan laki-laki yang bersamanya di butik."Apa mungkin dia orang yang spesial buat Yasmin?" batin Jody penasaran.
Jody sendiri tak mengerti mengapa begitu emosi melihat keduanya berpelukan seakan mereka memiliki hubungan yang tak biasa, yang jelas Jody membenci keadaan yang membuatnya harus memikirkan Yasmin.
"Hhh lama-lama lo stres Jod memikirkan dia, lupakan soal tadi fokus lo sekarang hanya Vianka bukan gadis lain," dengusnya sebal.
Tak bisa dipungkiri melihat kondisi Yasmin yang pucat cukup membuat Jody khawatir, entah apa yang sebenarnya terjadi pada istrinya itu. Kenapa Yasmin seperti menyembunyikan sesuatu darinya."Apa mungkin dia sakit? Tapi kenapa dia harus menyembunyikan semuanya kalau memang iya, hhh bodoh! Lagi-lagi lo harus memikirkan dia Jody, ingat pernikahan ini cuma kontrak dan lo sendiri kan yang bilang kalau lo gak akan mencampuri urusan dia tapi kenapa lo jadi kayak gini sih," gumam Jody.
"Jody," ucap Yasmin. Pandangan Jody teralih pada istrinya itu.
"Kamu sudah bangun?"
"Hmm iya, kamu yang membawa aku kesini?"
"Penting banget ya buat aku jawab, oh atau kamu ngarepnya laki-laki yang memeluk kamu tadi yang membawa kamu kesini" sindir Jody.
"Maksud kamu apa Jod?"
"Cukup Yasmin, kamu gak usah pura-pura gak ingat. Aku heran ya sama kamu, kamu tau kan kalau kita sudah menikah dan semua teman-teman kamu di butik juga sudah tau mengenai pernikahan kita ini. Aku gak mau keakraban kamu dengan laki-laki tadi justru menjadi bumerang buat kamu sendiri, kalau seandainya hubungan kamu dan dia diketahui sama Papa dan orang tua kamu, apa kamu bisa menghadapi resikonya?"
"Maaf Jod, aku...aku gak bermaksud kayak gitu. Aku cuma...,"
"Cuma mau mengungkapkan perasaan kamu ke dia? Hhh aku pikir kamu itu gadis yang baik tapi ternyata kamu sama aja kayak yanh lainnya,"
"Jody aku mohon jangan menilai aku seperti itu, semua yang kamu tuduhkan itu gak betul. Dia cuma mantan pacar aku, aku juga gak tau kalau dia datang ke butik,"
"Terserah Yasmin, aku juga gak butuh mendengarkan penjelasan kamu yang aku minta kamu bisa lebih menjaga sikap,"
"Bukannya kamu sendiri yang bilang kalau kita gak akan mencampuri urusan kita masing-masing. Tapi kenapa kamu justru bersikap seperti ini?"
"Ya itu karena...karena aku...aku gak mau orang-orang menganggap kamu istri yang gak baik. Iya itu...itu maksud aku," kilah Jody salah tingkah. Yasmin pun menanggapinya dengan bingung.
"Aku cuma gak mau Papa salah paham dengan kamu nantinya, kamu tau sendiri kan Papa sayang banget sama kamu," ujar Jody.
"Maafin aku Jod, aku janji akan lebih menjaga sikap aku,"
"Bagus kalau kamu mengerti, ya sudah mending kamu sekarang istirahat biar wajah kamu gak pucat banget, sudah kayak mayat hidup aja kamu," ujar Jody asal.
Yasmin menghela nafas mendengar ucapan suaminya itu, namun benaknya sedikit lega karena sikap Jody yang lebih melunak dengannya. Di balik wajah jutek yang selalu ditunjukan Jody selama ini, Yasmin bisa merasakan perhatian dari suaminya itu.
"Kamu ngapain ngeliatin aku kayak gitu, hati-hati nanti kamu suka lagi,"
"Selama ini kamu sudah sering membantu aku Jod. Aku gak tau bagaimana keadaan aku kalau kamu gak menolong aku tadi,"
"Itu bukan hal yang istimewa, asal kamu gak GR aja dengan apa yang aku lakukan itu nanti kamu malah jatuh cinta lagi. Hmm aku keluar sebentar ya, kamu jangan lupa istirahat,"
"Memangnya kamu mau kemana?"
"Kepo banget sih kamu, kamu lupa sama perjanjian kita. Apapun urusan aku kamu gak perlu ikut campur lebih baik kamu sekarang tidur. Aku gak mau kondisi kamu kembali menyusahkan aku lagi," Jody menyelimuti Yasmin dengan perhatian. Yasmin terenyuh seakan semua ini tak adil bagi Jody saat memiliki istri sepertinya yang bukan hanya lemah tetapi selalu merepotkannya.
"Jody," Yasmin meraih tangan Jody yang membuat suaminya itu mengerutkan kening menatapnya.
"Apa lagi?"
"Aku...aku janji ini gak akan lama, jika waktunya nanti tiba aku pasti akan pergi dari hidup kamu," lirih Yasmin. Jody terdiam mendengarnya saat menatap mata Yasmin yang berkaca-kaca.
"Hmm iya, bagus deh kalau kamu ingat perjanjian kita. Aku akan pegang janji kamu itu" ujar Jody seraya keluar dari kamarnya.
Yasmin terus memandangi punggung suaminya yang semakin menjauh. Air matanya pun tak bisa tertahan mengingat keadaannya yang terus merepotkan orang-orang di sekelilingnya, entah sampai kapan penyakit ini akan menyiksanya yang membuat Yasmin sendiri ingin menyerah jika rasa sakit itu kembali menjalarinya.
"Aku tau ini gak adil buat kamu Jod, harusnya kamu bisa mendapatkan kebahagiaan yang seutuhnya, aku janji ini gak akan lama " lirih Yasmin.
*
Konsentrasi Jody kembali membuyar saat bayangan Yasmin kembali menganggu pikirannya, entah apa maksud dari ucapan gadis itu. Kata-katanya yang terlihat penuh kepasrahan pun semakin membuat Jody bingung, mungkin hal bodoh kembali ia lakukan saat memikirikan orang yang selalu merepotkannya itu. Jody beberapa kali mendengus berusaha menghapus pikirannya tentang Yasmin.
"Gak Jod, lo lupain tentang gadis menyebalkan itu. Apa peduli lo sih? Dia gak lebih dari orang yang sudah merusak mimpi-mimpi lo apalagi saat Papa memutuskan untuk meminta lo menikahi dia. Papa memang egois," Jody memukul setir mobilnya.
Pandangan Jody teralih pada ponselnya saat Vianka kembali menghubunginya, kejadian yang terjadi di butik hari ini pun membuatnya melupakan sang pacar yang menunggunya di kampus. Entah kenapa ia harus seceroboh ini, Vianka pun pasti sangat kecewa padanya.