Bukan Selamat Tinggal Yasmin

Sandra Arq
Chapter #21

Membuka Hati

Jody membaringkan Yasmin yang sudah terlelap di tempat tidur, perasaannya begitu lega setelah melewati perjalanan yang cukup memakan banyak waktu hari ini.

Jody memutuskan untuk segera tidur mengistirahatkan tubuhnya yang lelah, namun pandangannya teralih pada Yasmin yang sudah terlelap.

Kejadian saat Yasmin menunggunya dalam kondisi kehujanan pun membuat istrinya itu demam, beruntung ia telah menyiapkan obat penurun panas untuk memulihkan kondisi Yasmin.

"Kamu itu keras kepala juga Yasmin sudah tau keadaan kamu belum sepenuhnya pulih malah kamu harus kehujanan begini, kamu memang suka banget ya merepotkan aku," dengus Jody.

Tak bisa dipungkiri Jody merasa terenyuh mengingat sikap Yasmin yang rela menunggunya, rasa bersalah masih saja meliputinya, tapi ia berusaha untuk menepisnya.

"Pakaian Yasmin masih lembab harusnya aku tadi meminta dia untuk menggantinya dulu, tapi dia malah tidur. Dalam keadaan kayak gini gak mungkin aku membangunkan dia," batin Jody.

Jody segera membuka koper baju yang dibawanya mencari pakaian istrinya, ia tak mungkin membiarkan Yasmin tidur dengan pakaian lembabnya. Jody tak bermaksud untuk lancang, tapi melihat kondisi Yasmin yang masih lemah membuatnya memutuskan untuk mengganti pakaian istrinya itu.

"Sorry Yasmin, aku gak bermaksud untuk lancang sama kamu. Kesehatan kamu jauh lebih penting saat ini,"

"Fadel," ujar Yasmin mengigau, tatapan Jody berubah nanar mendengar nama itu, entah kenapa Yasmin sering sekali menyebut nama pemuda itu bahkan di luar alam sadarnya juga.

"Apa perasaan itu masih utuh buat mantan kekasihnya?" batin Jody penuh tanya.

Mendengar pembicaraan mereka yang cukup intens di telpon pun membuat emosi Jody kembali meledak apalagi saat ucapan penuh cinta diungkapkan Fadel untuk istrinya.

"Apa kamu masih mencintai pemuda itu Yasmin? Sampai di alam mimpi sekalipun kamu masih terus menyebut nama dia. Lo kenapa sih Jod harus memikirkan hubungan mereka bukannya pernikahan ini hanya pernikahan kontrak. Yasmin istri yang gak lo inginkan, jadi apa peduli lo terhadap dia," decak Jody terlihat kesal mengutuki sikapnya.

Jody tak mengerti kenapa perasaannya seharian ini begitu kacau harusnya ia bahagia karena menghabiskan waktu bersama Vianka, tapi saat pikirannya kembali teringat pada Fadel yang selalu berusaha untuk mendekati Yasmin membuatnya begitu emosi apalagi saat ini Yasmin terus menyebut nama pemuda itu.

"Dalam mimpi aja kamu gak bisa mengerti perasaan aku Yasmin. Aku ini suami kamu, walau aku membenci pernikahan ini paling gak kamu bisa menghargai aku sedikit aja sebagai suami kamu," ucap Jody menggerutu.

"Fadel maafin aku, aku sudah terlalu sering menyakiti kamu. Maafin aku," lirih Yasmin dengan air mata yang masih berlinang.

Jody terenyuh melihat istrinya itu menangis memikirkan Fadel, tapi untuk membangunkan Yasmin membuatnya tak tega.

"Mengapa Yasmin bisa selemah ini saat mengingat Fadel?" batin Jody bimbang.

Setelah menggantikan pakaian Yasmin, Jody pun menyelimuti istrinya itu yang terlihat mengigil kembali perasaannya diliputi kecemasan karena suhu tubuh Yasmin masih belum turun.

"Kamu demam Yasmin, aku sudah bilang kan tadi harusnya kamu bisa lebih peka dengan kondisi kamu sendiri, kenapa kamu itu suka banget merepotkan aku,"

Jody segera menggambil air dingin dan handuk kecil untuk mengompres kening Yasmin, tatapannya berubah sendu saat darah kental mengalir dari hidung Yasmin. Rasa cemas pun meliputi Jody melihat cairan pekat itu.

"Yasmin kamu bisa mendengar aku, Yasmin aku minta buka mata kamu," pinta Jody dengan cemas.

"Sa...sakit,"

"Yasmin kamu kenapa?" Jody mencoba menggerakan tubuh istrinya itu.

"Sakit," keluh Yasmin meringis.

Jody semakin cemas melihat kondisi Yasmin seperti ini, ia meraih tubuh istrinya itu dan memeluknya erat. Jody menghapus cairan merah pekat yang sudah mengenai pakaian Yassmin.

"Yasmin aku janji, kamu akan baik-baik aja. Aku mohon buka mata kamu," ucap Jody seraya mengusap tangan Yasmin yang begitu dingin.

Jody tak tau harus berbuat apa, untuk memanggil dokter tak mungkin ia lakukan mengingat keadaan malam yang sudah larut saat ini apalagi jarak tempat tinggal mereka juga cukup jauh dari rumah sakit.

"Aku mohon lindungi dia Tuhan semoga dia baik-baik aja, aku mohon," harap Jody.

Jody memeluk erat Yasmin berharap keadaan istrinya itu segera pulih, tubuh Jody terasa lemas melihat kondisi Yasmin yang memprihatinkan andai ia tak menginggalkan Yasmin sampai berjam-jam mungkin semua ini tak akan terjadi padanya.

"Maafin aku Yasmin, semua ini salah aku, aku harap kamu bisa bertahan," pinta Jody seraya mencium puncak kepala Yasmin, air mata pun mengalir dipelupukmya. Jody tak mengerti kenapa harus bersikap seperti ini.

"Lindungi Yasmin Tuhan, jangan biarkan sesuatu yang buruk terjadi padanya,"

"Jody," ucap Yasmin dengan lemah.

"Yasmin, ka...kamu sudah bangun?" Jody menatap istrinya itu yang perlahan membuka matanya, perasaan Jody pun sedikit lega saat ini.

"Jody kamu kenapa? Kamu menangis," Yasmin melihat cairan bening mengalir di pipi Jody.

"Hmm aku gakpapa, aku...aku cuma kelilipan tadi," kilah Jody menyeka air matanya. Ia terenyuh memandangi wajah Yasmin yang masih memucat.

"Jody aku haus. Aku mau," ucap Yasmin tertahan saat Jody memeluk dan mencium keningnya, dada Yasmin terasa hangat saat ini. Ia tak mengerti kenapa Jody bersikap seperti ini saat tak ada jarak di antara mereka seperti sebelumnya. Jody perlahan menarik dirinya dan memandangi Yasmin dengan lega.

Lihat selengkapnya