"Walau kemungkinan itu sangat kecil, tapi izinkan aku hidup lebih lama lagi Tuhan. Aku masih ingin melihat kebahagiaan dari orang-orang yang aku sayangi," harap Yasmin.
Yasmin menyandarkan kepalanya di kursi seraya menikmati cuaca menenangkan di malam hari, tak peduli dengan kondisinya saat ini. Yasmin berharap suaminya itu segera pulang ke Villa.
Deru mobil pun terdengar memasuki halaman Villa, pandangan Yasmin teralih pada sosok suaminya yang baru tiba disana. Ia segera beranjak dari kursinya menghampiri Jody yang baru turun dari mobil.
"Jody kamu sudah pulang? Kamu kemana aja," Yasmin menghampiri Jody dengan cemas.
"Yasmin kamu kenapa berada di luar, udaranya kan sangat dingin. Kamu bisa kan menunggu aku di dalam Villa," Jody cukup kaget melihat Yasmin yang memucat.
"Aku gakpapa Jod, aku khawatir sama kamu karena tadi kamu bilang perginya gak akan lama, syukurlah kamu baik-baik aja,"
"Kamu gak usah mencemaskan aku Yasmin, harusnya kamu memikirkan kondisi kamu sendiri. Kamu mau merepotkan aku lagi kalau terjadi apa-apa, aku sudah bilang kan sama kamu buat istirahat aja jangan mengabaikan kondisi kamu kayak gini,"
"Maaf Jod, aku gak bermaksud begitu tapi aku,"
"Aku apa? Kamu mau membebani aku lagi dengan kondisi kamu," ucap Jody meninggi. Yasmin melihat kemarahan yang tak biasa dari suaminya itu, kekhawatiran pun terlihat jelas di wajah Jody.
"Ini yang gak aku suka dari kamu Yasmin, kamu terlalu keras kepala, kamu itu...," ucap Jody terhenti saat tubuh Yasmin tiba-tiba tumbang, pemuda itu pun tersentak melihat kondisi istrinya yang lemah di dekapannya.
"Yasmin....Yasmin kamu kenapa! Yasmin apa yang terjadi sama kamu," Jody khawatir melihat cairan merah pekat keluar dari hidung Yasmin. Tak ada reaksi apapun dari istrinya itu yang membuat Jody begitu cemas, tanpa pikir panjang Jody segera membawa Yasmin ke rumah sakit dengan kecemasan yang memenuhi pikirannya.
*
Jody terlihat mondar-mandir di ruang tunggu, kecemasan meliputi benaknya melihat kondisi Yasmin kembali. Jody cukup syok saat hidung Yasmin terus mengeluarkan darah, entah apa yang terjadi sebenarnya hingga istrinya itu mengalami kondisi seperti ini.
"Ya Tuhan aku mohon lindungi Yasmin, jangan biarkan hal-hal yang buruk terjadi dengannya," pinta Jody.
Dokter segera keluar dari ruangan Yasmin dan menghampiri Jody yang terlihat cemas.
"Anda keluarga dari pasien?"
"Iya dok, saya suaminya. Bagaimana keadaan istri saya dok?" tanya Jody dengan khawatir, dokter menatap pemuda itu dengan raut yang tak bisa Jody baca, tentu perasaannya semakin bergejolak saat ini.
"Apa terjadi hal-hal yang buruk dengan istri saya dok?"
"Istri anda mengidap penyakit kanker hati, Kondisinya saat ini sengat mengkhawatirkan," jelas dokter membuat Jody tersentak, tubuhnya pun meluruh saat kenyataan itu harus ia dengar. Jody masih tak percaya dengan ucapan dokter yang menurutnya masih tak masuk akal itu.
"Kanker hati? Yasmin menderita kanker hati dok," Jody masih tak percaya dengan ucapan beliau.
"Keadaannya semakin menurun saat ini,"
"Dokter itu gak mungkin, istri saya gak mungkin menderita penyakit mematikan itu. Dia selama ini terlihat baik-baik saja walaupun sering mimisan,"
"Mungkin selama ini istri anda menutupi kondisi sebenarnya karena hasil lab terakhir yang kami dapatkan keadaan istri anda sudah sangat mengkhawatirkan. Kecil kemungkinan untuknya bertahan dalam beberapa bulan ke depan," jelas dokter itu yang membuat Jody kembali syok.
"Itu gak mungkin dokter, Yasmin pasti baik-baik aja," Jody masih tak percaya saat dokter mencoba menjelaskan pada Jody tentang kondisi Yasmin saat ini. Apa mungkin hal ini yang selalu di tutupi Yasmin padanya, kenapa ia tak pernah berusaha untuk jujur atau sekedar menceritakan masalah ini kepadanya. Sungguh Jody tak mengerti kenapa Yasmin harus bersikap seperti ini, pandangan Jody begitu sendu menatap Yasmin yang terbaring lemah di ruangannya tanpa sadar air matanya berlinang melihat Yasmin yang tak berdaya. Sangat berbeda dengan kondisi sebelumnya dimana ia masih bisa mengomeli gadis itu atau membentaknya dan hanya tubuh yang terkulai lemah yang ia lihat sekarang dengan keadaannya yang begitu memprihatinkan.
"Kenapa kamu gak pernah berusaha buat jujur sama aku Yasmin, kenapa kamu harus menutupi keadaan kamu selama ini dengan aku. Apa aku memang gak berhak untuk mengetahui kondisi kamu, apa aku memang gak pernah ada di hati kamu sampai kamu menutupi rahasia sebesar ini dengan aku," lirih Jody tak kuasa menahan kesedihannya.
Jody masih begitu syok mendengar kabar yang baru ia terima dari dokter tentang keadaan istrinya yang sangat memprihatinkan. Ia masih tak habis pikir jika Yasmin akan menyembunyikan penyakit yang mematikan itu darinya, kecewa bercampur sedih pun memenuhi benaknya kini.