Air mata Yasmin mengalir deras mendengar pembicaraan Jody dan dokter, ia tak pernah menyangka jika suaminya itu telah mengatahui penyakit yang dideritanya selama ini, mengingat perubahan sikap Jody yang tak biasa pun menimbulkan ribuan tanya di benak Yasmin. Apa mungkin semua itu Jody lakukan sebagai bentuk belas kasihan terhadapnya atau memang peduli dengan keadaannya, kenyataan ini pun membuat Yasmin terisak. Ia tak ingin siapa pun terbeban karena penyakit yang ia derita atau sekedar untuk mengasihaninya.
"Yasmin...Yasmin tunggu dulu," Jody mencoba mengejar istrinya itu yang semakin berlalu meninggalkannya, melihat kesedihan di wajah Yasmin membuat Jody terenyuh.
"Beri aku kekuatan untuk menghadapi semua ini Tuhan, aku gak sanggup kayak gini terus," Yasmin terisak.
"Yasmin tunggu, kamu kenapa menghindari aku kayak gini. Kamu dengarkan penjelasan aku dulu," Jody meraih tangan Yasmin.
"Gak Jod! Biarkan aku pergi, aku minta kamu jauhi aku,"
"Kenapa Yasmin? Kamu itu istri aku. Aku mohon jangan bersikap seperti ini, kita bisa kan bicarakan semuanya dengan baik-baik,"
"Aku cuma istri kontrak kamu Jod! Aku bukan siapa-siapa kamu, kamu gak perlu bersikap kayak gini sama aku. Aku mohon biarkan aku pergi, biarkan aku menjauh dari kamu. Kamu gak perlu mengasihani aku,"
"Yasmin apa maksud kamu?"
"Aku gak mau semua orang terbeban karena keadaan aku yang sebenarnya termasuk kamu Jod,"
"Kamu bicara apa Yasmin, aku mohon jangan bersikap kayak gini,"
"Aku tau selama ini kamu membenci aku Jod, aku tau kamu gak pernah menginginkan pernikahan ini. Kamu gak perlu berpura-pura peduli dengan keadaan aku, aku gak butuh dikasihani karena penyakit aku. Aku mohon jauhi aku ini terlalu menyakitkan saat kamu melakukan semua ini karena rasa kasihan kamu terhadap kondisi aku," isak Yasmin.
"Yasmin aku gak pernah berpikiran seperti itu, aku gak ada niat sedikit pun untuk menyakiti kamu. Aku melakukan semua itu karena aku...,"
"Karena kamu prihatin melihat kondisi aku kan! Karena kamu sudah tau mengenai penyakit aku sampai kamu harus bersikap seperti ini. Aku mohon Jod, kamu gak perlu melakukan itu demi aku. Aku bisa menghadapi masalah aku sendiri,"
Jody tak bisa menahan kesedihannya melihat air mata Yasmin yang mengalir deras, istrinya itu pun pasti sangat terluka saat ini.
"Kita pernah berjanji sebelumnya kalau kita gak akan mencampuri urusan kita masing-masing. Kamu berhak menentukan pilihan hidup kamu sendiri dan kalau kamu mau kamu bisa tinggalin aku sekarang. Aku mohon jangan bersikap kayak gini dengan berpura-pura peduli dengan kondisi aku. Aku gak butuh belas kasihan kamu, aku bisa menghadapi masalah aku sendiri," ucap Yasmin dengan air mata yang berlinang.
Jody pun terdiam saat kesalahpahaman terjadi diantara mereka, ia tak bermaksud untuk menyakiti Yasmin seperti ini.
"Kamu sudah salah paham Yasmin, kamu kenapa menuduh aku kayak gitu. Aku melakukan ini semua karena aku peduli dengan kamu, kamu istri aku Yasmin, kamu tanggung jawab aku," Jody merengkuh tubuh Yasmin, ia memeluk erat Yasmin mencoba menenangkannya yang masih begitu syok, tak peduli dengan keegoisannya selama ini. Menatap kesedihan istrinya itu menimbulkan luka di hatinya, entah apa yang sudah ia lakukan selama ini hingga begitu tega mengabaikan perasaan istrinya yang begitu tulus.
"Aku sakit Jod, kamu tau aku sakit. Hidup aku gak akan lama lagi, kamu gak perlu berkorban kayak gini untuk aku. Kamu berhak melanjutkan hidup kamu,"
"Kamu pasti sembuh Yasmin, aku janji kamu akan sembuh. Aku mohon jangan meminta aku untuk pergi dalam kondisi kamu seperti ini, aku akan usahakan cara apapun juga demi kesembuhan kamu,"
"Untuk apa kamu melakukan itu semua sedangkan kamu sendiri tau hidup aku gak lama lagi. Aku sudah pasrah, aku sudah siap kalau Tuhan memanggil aku secepatnya,"
"Aku mohon jangan berbicara seperti itu Yasmin! Kamu gak akan kemana-mana, kamu akan tetap disisi aku karena aku membutuhkan kamu. Aku gak akan membiarkan kamu melewati semua ini sendirian," Jody merapatkan pelukannya, air matanya pun meluruh saat merasakan tubuh lemah istrinya.
Jody menghapus air mata Yasmin yang masih menggenang, menatap wajah pucat istrinya itu pun membuatnya terluka. Entah apa yang sudah ia lakukan selama ini hingga membiarkan wanita setulus Yasmin harus menderita karena sikapnya. Tak ada kebencian seperti dulu yang ia rasakan saat mata yang terlihat sendu itu begitu tulus menatapnya. Kesedihan Jody semakin tak terbendung mengingat vonis dokter yang memprediksikan hidup istrinya hanya dalam satu bulan ke depan.
"Aku akan mencari pengobatan terbaik buat kamu Yasmin. Aku janji, aku gak akan pernah meninggalkan kamu," ucap Jody tulus, ia mencium kening Yasmin mencoba menguatkannya.