Jody memandang lekat Yasmin yang masih terlelap di pelukannya, perasaannya begitu lega setelah mengungkapkan perasaannya semalam pada Yasmin, tak ada penyesalan atau pun kebencian yang selalu menjadi jurang pemisah di hubungan mereka selama ini. Hanya kehangatan yang ia rasakan saat wajah meneduhkan itu mampu meruntuhkan keegoisannya.
"Terima kasih sayang, aku sangat bahagia memiliki kamu," ucap Jody tulus.
Jody mencium kening Yasmin dengan hangat, perlahan Yasmin membuka matanya menatap suaminya yang tersenyum menyambutnya. Hal yang tak pernah ia lihat selama ini selama menikah dengan Jody selain sikap juteknya yang kadang membuatnya sendiri merasa asing.
"Jody,"
"Kamu sudah bangun sayang?"
"Ini jam berapa?" tanya Yasmin seraya mengusap matanya melihat ke sekeliling kamar mereka.
"Ini jam 9 pagi,"
"Jam 9 pagi, aku...aku kesiangan Jod. Aku buatkan sarapan dulu ya buat kamu," Yasmin membenahi dirinya.
Jody mencegah istrinya itu dan membawa Yasmin ke dekapannya, melihat perlakuan Jody seperti ini membuat Yasmin terdiam. Jantungnya pun berdegup kencang saat wajah tampan suaminya berada sedekat ini dengannya hingga helaan nafasnya yang menghangatkan bisa menggetarkan hati Yasmin.
"Kamu tetap berada disini, aku masih ingin menatap kamu sedekat ini," pinta Jody terdengar tulus.
"Tapi,"
"Aku memang bodoh selama ini mengabaikan wanita sebaik kamu, aku minta maaf atas sikap aku terhadap kamu" sesal Jody.
"Kamu gak salah wajar kalau dulu kamu belum bisa menerima aku, kamu masih begitu muda untuk menikah apalagi dengan orang yang lebih pantas kamu sebut sebagai Kakak kamu, aku yang minta maaf kalau pernikahan ini membuat kamu kecewa,"
"Ssttt aku gak mau kesalahan itu terulang lagi ke depannya, aku sudah janji dengan kamu akan menerima kamu sayang dan semua kekurangan kamu. Kamu istri aku, orang yang sudah sepantasnya untuk aku cintai dan jaga selama ini,"
Jody megusap pipi Yasmin dan mencium keningnya cukup lama, perasaannya pun semakin dalam untuk Yasmin, cukup menatap istrinya dengan jarak sedekat ini membuat hatinya begitu tenang.
"Aku ingin mengatakan hal yang sama dengan kamu Jod, tapi aku belum siap seandainya kehendak Tuhan berkata lain untuk kita yang perlu kamu tau, aku juga sangat mencintai kamu. Aku gak tau sejak kapan perasaan ini hadir di hati aku," batin Yasmin.
"Yasmin kamu menangis?" Jody cukup kaget melihat air mata istrinya yang berlinang.
"Hmm gak, aku...aku cuma terharu,"
"Beneran gakpapa? Apa aku menyakiti kamu lagi, aku minta maaf kalau kata-kata aku menyinggung perasaan kamu. Aku gak bermaksud untuk..." ucap Jody terhenti saat Yasmin memeluknya.
"Kamu gak menyakiti aku Jod, aku menangis karena aku bahagia. Aku bahagia menjadi istri kamu," lirih Yasmin.
Jody pun menangkup wajah Yasmin dan menyatukan keningnya dengan kening istrinya itu, kembali hatinya menghangat saat cinta yang tulus bisa ia rasakan didiri Yasmin.
"Aku yang bahagia karena aku bisa merasakan cinta tulus itu dari kamu sayang, mulai hari ini aku gak mau melihat kamu sedih, aku hanya ingin melihat kebahagiaan di wajah kamu. Aku janji di hari terakhir honeymoon kita, aku akan mengajak kamu ke tempat yang indah lainnya di sini," janji Jody. Yasmin pun memeluk suaminya itu mengungkapkan kelegaannya.
"Ke menara dan taman waktu itu?"
"Hmm bukan, ke tempat lain yang aku yakin kamu pasti akan menyukainya,"
"Kalau begitu aku siap-siap ya, aku mau masak juga buat kamu. Kamu pasti sudah lapar kan,"
"Kamu di sini aja, biar hari ini aku yang masak untuk kamu. Aku gak mau kamu kecapekan,"
"Gakpapa sayang biar aku saja yang masak," Yasmin tak ingin merepotkan suaminya itu.
"Oh aku tau jadi kamu masih meragukan aku ya karena hasil masakan aku kemarin,"
"Bukan itu maksud aku,"
"Kamu tenang aja sayang, aku cuma masak roti bakar kok kan mudah tu hehe, aku ke dapur dulu ya," ucap Jody dengan semangat.
Yasmin tersenyum memandangi punggung suaminya, perasaannya pun sangat bahagia merasakan sikap Jody yang berbeda dari biasanya. Sekat yang menjadi pemisah hubungan mereka selama ini pun perlahan sirna saat hati mereka telah menyatu.
"Aku ingin selalu melihat kebahagiaan itu di wajahnya Tuhan, walaupun nanti aku gak bisa menemaninya lagi," lirih Yasmin.