Bukan Selamat Tinggal Yasmin

Sandra Arq
Chapter #36

Selalu Ada Untukmu

"Sayang kamu kenapa?" tanya Jody saat Yasmin hanya diam, wajahnya yang terlihat pucat pun membuat Jody cukup khawatir dengan keadaannya. Yasmin hanya menggeleng dengan memeluk Jody seakan menunjukan dirinya baik-baik saja.

"Kamu kedinginan sayang, kita masuk ke dalam ya,"

"Hmm gak sayang, aku masih mau berada di sini. Aku ingin melihat bintang-bintang itu bersama kamu di malam terakhir kita di tempat ini,"

"Tapi kamu sangat pucat sayang, aku gak mau terjadi sesuatu sama kamu,"

"Aku baik-baik aja, kamu gak perlu khawatir sayang," tenang Yasmin.

Jody merapatkan pelukannya pada istrinya itu berharap kondisi Yasmin kembali membaik setelah ini.

"Aku gak akan memaksa kamu kalau memang keadaan kamu sedang gak baik,"

"Aku gakpapa, kamu sendiri kan yang bilang kalau pemandangan seperti ini gak akan pernah kita temui di kota. Aku ingin melihatnya lebih lama lagi, aku gak mau menyiakan moment berharga ini bersama kamu karena aku gak tau sampai kapan bisa berada disisi kamu sayang," lirih Yasmin.

Tatapan Jody berubah sendu mendengar itu. Hanya pelukan hangat yang mampu ia utarakan saat bibirnya seakan sulit mengatakan keperihannya melihat Yasmin mulai pasrah dengan kondisinya.

"Aku sudah bilang kan tadi jangan berbicara seperti itu lagi, kamu akan selalu bersama aku dan menemani aku selamanya. Kamu akan menemani putra dan putri kita nanti, kita akan melihat mereka tumbuh besar sampai saatnya nanti mereka menikah, kita akan selalu bersama sayang," ucap Jody bergetar, cairan bening perlahan mengalir dari pelupuknya.

"Maaf sayang aku gak bermaksud untuk menyerah. Aku cuma takut gak bisa mewujudkan semua itu," Jody kembali memeluk istrinya. Yasmin pun membalas pelukan hangat suaminya mengutarakan perasaan yang sama di hatinya saat ini.

"Berjanjilah untuk selalu bersama aku sayang apapun yang terjadi ke depannya karena aku gak bisa hidup tanpa kamu," pinta Jody.

Air mata Yasmin kembali meluruh, seberat apapun keadaan yang akan dihadapinya. Ia tak ingin terlihat lemah dan melukai Jody yang menaruh harapan besar padanya.

"Beri aku kesempatan untuk hidup lebih lama lagi Tuhan, aku ingin membahagiakan suamiku,"

*

Pagi Harinya

Tubuh Yasmin menggeliat saat harum masakan tercium hingga ke kamar mereka, ia menatap ke samping tak melihat keberadaan suaminya. Pandangannya pun tertuju pada jam di dinding yang menunjukan pukul 8 pagi, Yasmin begitu kaget melihat matahari pagi yang sudah bersinar terang dari jendela kamarnya.

"Ya Tuhan aku kesiangan bangunnya," Yasmin membenahi dirinya, ia pun mengingat surprise yang diberikan Jody semalam yang membuatnya begitu bahagia. Kamar mereka pun terlihat berantakan harusnya ia bisa bangun lebih cepat sedangkan masih banyak keperluan yang disiapkan untuk kepulangan mereka ke Jakarta hari ini.

"Pasti butuh waktu yang lama untuk membereskan semua ini," ujarnya menghela nafas.

"Sayang kamu sudah bangun ya," Jody menghampiri istrinya, ia tersenyum menatap Yasmin yang masih duduk di tepian tempat tidur mereka dengan wajah mengantuknya yang terlihat menggemaskan.

"Sayang kamu kenapa gak bangunin aku nanti kita pulangnya terjebak macet gimana? Sedangkan kamar kita masih berantakan begini,"

"Gakpapa kok kita pulangnya sore aja. Lagian kamu kecapekan banget semalam, aku gak tega membangunkan kamu sekarang kamu sarapan dulu ya. Aku sudah membuatkan sarapan spesial untuk kamu kali ini pasti enak,"

"Kamu sudah masak sayang?"

"Iya sayang ayo sekarang kita makan, perut aku juga sudah laper banget,"

Jody segera menggendong Yasmin hingga membuat istrinya itu cukup kaget dengan sikapnya.

"Sayang aku turun aja, kamu kan pasti capek lagian dari kamar ke ruang makan gak jauh kok,"

"Hehe gakpapa kamu itu gak boleh banyak gerak apalagi kalau beneran kamu hamil harus hati-hati sekali sayang kalau cuma menggendong kamu seperti ini gak berat kok. Nah! Kita sudah sampai kan," ujar Jody.

Yasmin tersenyum saat Jody menurunkannya dengan hati-hati.

"Kamu banyak sekali masaknya sayang dari jam berapa kamu membuatnya?"

Lihat selengkapnya