Bukan Selamat Tinggal Yasmin

Sandra Arq
Chapter #41

Mengikhlaskan

Rumah Sakit

Jody terlihat mondar-mandir di depan ruangan Yasmin dengan perasaan cemas, air matanya meluruh mengingat penderitaan istrinya terutama saat ia harus kembali memikirkan semua perkataan Yasmin yang penuh dengan kepasrahan mengenai penyakitnya.

"Dokter bagaimana keadaan istri saya dok? Yasmin baik-baik saja kan dok, dia gakpapa kan," tanya Jody dengan kekhawatiran hingga dokter menghela nafas panjang mendengar pertanyaan pemuda itu yang beruntun.

"Ada yang ingin saya sampaikan dengan Anda mengenai kondisi istri Anda dan kandungannya saat ini,"

"Apa yang terjadi dengan istri saya dan juga kandungannya dok?"

"Maaf Mas sebelumnya Mas, ini berkaitan dengan keselamatan istri anda. Kondisi istri Anda saat ini semakin menurun sangat kecil kemungkinan untuknya mempertahankan kandungannya, walaupun itu dilakukan janin di rahimnya tidak akan bisa berkembang dengan baik," jelas dokter seperti sambaran petir untuk Jody, tubuhnya pun bergetar hebat saat penjelasan dokter seperti sembilu yang mengoyak hatinya. Jody terhenyak di kursi dengan rasa perihnya.

"Itu gak mungkin dokter, Anda jangan main-main sama saya! Anak saya pasti akan baik-baik saja, istri saya sangat mengharapkan buah hati kami, dokter jangan asal bicara!" ujar Jody dengan emosional.

"Saya berbicara yang sebenarnya Mas, penyakit yang diderita istri anda sangat mempengaruhi keadaan janinnya. Kondisinya sangat lemah hingga membuat janin di rahimnya sulit untuk bertahan, walaupun dipertahankan akan sangat membahayakan bagi istri anda. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin jalan terbaik saat ini adalah operasi pengangkatan janinnya,"

"Itu gak mungkin dokter, saya mohon Anda pasti bisa menyelamatkan kandungan istri saya! Istri saya sangat mengharapkan buah hati kami, saya mohon selamatkan istri saya dokter!" pinta Jody dengan rasa sesaknya.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin Mas yang dibutuhkan istri Anda saat ini support dari orang-orang terdekatnya dan sesegara mungkin mencari donor hati itu secepatnya karena keadaan istri anda sudah sangat memprihatinkan," jelas dokter yang membuat Jody semakin frustasi mendengarnya.

Kesedihan Jody semakin tak terbendung mengingat semua itu, ia segera memasuki ruangan Yasmin dan memandangi istrinya itu dengan sendu, mengapa di saat kebahagiaan mereka terasa lengkap justru Tuhan menguji mereka seberat ini.

"Aku akan mengupayakan kesembuhan kamu sayang, aku akan melakukan yang terbaik buat kamu. Aku mohon kamu bertahan, kamu harus kuat sayang apapun yang terjadi aku akan selalu ada buat kamu. Aku janji kamu akan sembuh," Jody memeluk erat istrinya itu.

Tangan Jody tak henti mengenggam jemari Yasmin dengan erat, kabar yang diberikan oleh dokter pun seperti sambaran petir untuknya saat kenyataan pahit harus ia terima mengenai kondisi Yasmin dan juga kandungannya. Smua ini pun menjadi ujian terberat baginya, disaat mereka sangat mengharapkan kehadiran buah hati mereka justru malaikat kecil yang sangat ia dan Yasmin nantikan itu tak akan berkembang dengan baik di rahim istrinya. Kondisi kesehatan Yasmin yang semakin menurun menjadi penyebabnya. Hati Jody seperti teriris sembilu mendengar semua itu, andai Yasmin mengetahui kenyataan ini tak menutup kemungkinan jika wanita yang ia cintai akan sangat terpukul.

"Kamu harus kuat sayang, sesulit apapun ujian yang kita hadapi ke depan kamu harus kuat. Maafkan aku kalau sampai saat ini aku belum bisa memberikan yang terbaik untuk kamu, tapi aku janji sama kamu, aku akan melakukan apapun juga demi kesembuhan kamu. Aku mohon jangan pernah tinggalkan aku, jangan pergi dari hidup aku sayang," lirih Jody, entah sampai kapan ujian berat ini harus mereka hadapi.

Ketakutan pun terus menghantui Jody melihat kondisi Yasmin yang semakin mengkhawatirkan, Jody tak ingin wanita yang sangat ia cintai itu harus pergi dari hidupnya sedangkan begitu banyak impian indah yang mereka harapkan dalam kehidupan rumah tangga mereka. Air mata yang coba ia tahan sejak tadi pun meluruh, kenapa hatinya begitu perih saat memutuskan untuk mengikhlaskan calon anak mereka, keputusan yang begitu sulit untuknya saat harus memilih salah satu di antara keduanya.

"Aku tau ini akan terlalu berat untuk kamu sedangkan kamu sangat menginginkan buat hati kita tumbuh dengan harapan kita selama ini sayang, tapi aku juga gak mau kehilangan kamu. Aku sangat membutuhkan kamu andai saja nyawa aku bisa aku berikan untuk kamu dan anak kita, aku pasti akan memberikannya untuk kalian sayang," lirih Jody terisak.

Perlahan Yasmin membuka matanya saat cairan bening jatuh di pipinya, ia menatap sendu Jody yang berada dihadapannya, entah apa yang terjadi dengan suaminya itu hingga wajah Jody terlihat begitu pucat dari biasanya, matanya yang terlihat memerah pun seakan menunjukan kesedihan suaminya itu.

"Sayang," Yasmin menyeka air mata suaminya. Jody yang menyadari itu pun segera menghapus kesedihannya berharap Yasmin tak mengetahui perasaan yang ia sembunyikan saat ini.

"Sayang kamu sudah bangun,"

"Apa yang terjadi sayang? Kamu kenapa menangis," tanya Yasmin. Ia berusaha untuk duduk, namun Jody mencegahnya dan meminta istrinya tetap berada di posisinya.

"Kamu jangan banyak bergerak dulu, aku...aku gakpapa sayang. Bagaimana keadaan kamu?" jawab Jody dengan bergetar.

Lihat selengkapnya