Setelah menerima telpon dari dokter Irwan, Jody pun bergegas ke rumah sakit untuk menemui beliau. Perasaannya begitu lega saat dokter Irwan mengabarkan padanya jika donor hati yang dibutuhkan oleh Yasmin telah tersedia untuknya.
Jody pun mempercepat langkahnya menuju ke ruangan dokter Irwan yang menangani penyakit Yasmin.
"Selamat siang dokter," Jody memasuki ruangan dokter Irwan.
"Silakan masuk Mas Jody," ujar dokter Irwan ramah dan mempersilahkan Jody untuk duduk.
"Dokter, apa benar donor hati untuk istri saya sudah tersedia?"
"Hmm iya Mas, dari hasil yang sudah kami dapatkan semuanya cocok untuk istri Anda. Operasi untuk istri Anda pun bisa segeran dilaksanakan secepatnya,"
"Syukurlah kalau begitu dok, saya sangat berterima kasih karena dokter sudah banyak membantu saya. Apa saya bisa bertemu dengan keluarga pendonor itu dok? Saya ingin mengucapkan rasa terima kasih saya buat mereka,"
"Iya Mas bisa, keluarga dari pendonor hati itu sudah menunggu di ruangan depan. Mas bisa bertemu dengan beliau di sana nanti suster yang akan mengantarkan Mas Jody," jelas dokter Irwan.
Jody pun tak ingin menyiakan waktu untuk bertemu dengan keluarga dari pendonor hati itu, walau bagaimana pun mereka sudah sangat berjasa buat istrinya, rasa haru tak bisa ia tutupi saat ini karena usaha yang ia lakukan selama ini tak berakhir sia-sia.
"Silakan masuk Mas, keluarga dari pendonor sudah berada di dalam,"
"Iya terima kasih Sus," ucap Jody memasuki ruangan itu.
"Selamat siang Mbak," Jody menghampiri gadis yang berada dihadapannya saat ini.
"Selamat siang Bapak Jody Alfano," ujar suara yang terdengar tak asing itu.
"Vianka," Jody tersentak melihat sosok gadis di balik kursi itu yang beralih menatapnya. Pikiran Jody pun mulai diliputi kecemasan saat kembali bertemu dengan mantan kekasihnya.
"Kenapa Jody? Apa kamu kaget mengaapa aku berada disini," ujar Vianka menyeringai.
"Apa maksud dari semua ini Vi? Kamu mempunyai tujuan apa sebenarnya!"
"Hhh tujuan, bukannya kamu sendiri sudah mendengarkan penjelasan dari dokter Irwan kan kalau aku ke sini untuk bertemu dengan suami pasien yang sangat membutuhkan donor hati buat istrinya. Betul kan Jody,"
"Ini bukan lelucon Vi! Aku tau bagaimana liciknya kamu. Apa kamu melakukan ini semua untuk mempermaikan aku?"
"Jody...Jody, aku gak pernah berniat untuk mempermainkan kamu sayang. Kamu kok sampai seemosi ini sama aku, dulu aku mengenal kamu sebagai pemuda yang baik dan sangat mencintai aku. Kenapa sekarang harus berbicara sekasar ini dengan gadis yang pernah kamu cintai dulu," Vianka menghampiri Jody dan hendak memeluknya, namun segera di tepis oleh Jody.
"Aku gak ada waktu untuk mendengar semua ucapan kamu, aku cuma minta penjelasan kamu! Kenapa kamu meminta aku ke sini dengan mengatakan kalau kamu keluarga dari pendonor hati buat istri aku. Apa keinginan kamu sebenarnya!" ucap Jody mulai emosional
"Kamu jangan marah-marah dulu sayang yang di bilang dokter Irwan benar kalau aku keluarga dari pendonor hati yang cocok buat istri kamu yang penyakitan itu. Hati itu berasal dari hati sepupu aku yang saat ini sedang kritis, dia berpesan seandainya nyawanya sudah gak bisa tertolong lagi, dia akan memberikan hatinya buat orang yang membutuhkan. Sekatang kamu sangat butuh donor hati itu kan, tenang saja aku pasti akan memberikannya buat kamu sayang, kamu gak perlu khawatir," ujar gadis itu seraya melingkarkan tangannya di leher Jody.
Jody pun terlihat tak nyaman karena perilaku Vianka semakin berani terhadapnya, perasaan muak pun mulai meliputi benaknya karena kembali berhadapan dengan gadis ular ini.
"Bagaimana sayang, apa kamu bersedia menerima donor hati itu buat istri kamu? Hidup Yasmin kan gak akan lama lagi pasti dia sangat membutuhkan hati itu secepatnya kan," ucap Vianka menyeringai.
"Sekali lagi aku bilang sama kamu Vianka, ada atau gak donor hati itu sebenarnya! Kamu jangan-jangan main dengan aku karena aku gak akan segan-segan bertindak di luar pemikiran kamu kalau kamu memanggil aku ke sini hanya untuk mempermainkan aku" ujar Jody diliputi kemarahan.
"Hhh sabar sayang, Vianka itu gak pernah berbohong bukannya seperti kamu yang dulunya berjanji untuk menikahi aku, tapi justru meninggalkan aku demi wanita penyakitan itu,"
"Vianka cukup! Kamu jangan menghina istri aku lagi,"