"Apa kamu bisa mendengar aku Yasmin? Aku disini sayang, kamu kenapa diam saja. Kamu janji akan kuat demi aku sayang, kamu akan bertahan buat aku. Aku mohon buka mata kamu, aku pasti akan mencarikan donor hati itu buat kamu. Aku akan mengupayakan kesembuhan kamu, tapi aku minta kamu jangan diam seperti ini buka mata kamu sayang,"
Jody tak kuasa menahan kesedihannya saat Yasmin tak kunjung merespon kehadirannya, ia memeluk istrinya itu mengungkapkan kerinduannya akan sosok wanita yang begitu ia cintai. Walau hanya beberapa jam saja mereka terpisah, namun Jody tak bisa melihat Yasmin terus seperti ini. Ucapan Papanya pun membuat hatinya perih saat dokter mengatakan kemungkinan Yasmin untuk bertahan sangat kecil.
"Jody kamu sabar, Yasmin pasti akan baik-baik saja,"
"Aku gak mau kehilangan Yasmin, aku gak mau Yasmin pergi dari hidup aku. Aku membutuhkan dia Ma,"
"Mama mengerti Nak, kamu harus yakin, dokter akan mengusahakan yang terbaik untuk istri kamu,"
"Aku...aku harus melakukan sesuatu Ma, aku gak bisa melihat Yasmin seperti ini terus, aku harus bertemu dengan dokter," Jody bergegas meninggalkan ruangan Yasmin.
"Jody kamu mau kemana Nak," ucap wanita parubaya itu bingung. Jody segera mendatangi ruangan dokter dengan raut pucatnya.
"Mas Jody,"
"Dokter, saya mohon selamatkan istri saya dok. Saya mohon bantu istri saya, saya akan melakukan apapun juga demi kesembuhan Yasmin,"
"Mas Jody tenang dulu, silakan duduk Mas,"
"Bagaimana saya bisa tenang dokter, kondisi istri saya sekarat. Saya gak bisa melihat Yasmin seperti ini, selama ini Yasmin sudah sangat menderita dengan penyakitnya apapun akan saya lakukan demi keselamatan istri saya dok. Dokter, saya...saya rela mendonorkan hati saya untuk Yasmin. Saya mohon ambil saja hati saya dokter karena yang terpenting bagi saya saat ini keselamatan istri saya,"
"Mas Jody berbicara apa, semua harus sesuai dengan prosedur Mas. Pihak kami tidak bisa melakukan hal itu untuk kondisi orang-orang yang masih sehat seperti Mas,"
"Saya suami Yasmin dokter, saya gak peduli apapun yang terjadi dengan saya. Saya mohon ambil saja hati saya, keselamatan istri saya jauh lebih penting saat ini,"
"Jody! Kamu jangan bertindak gegabah," ucap Sultan saat memasuki ruangan dokter.
"Pa,"
Sultan pun mengajak Jody keluar meninggalkan ruangan dokter, terlihat raut lelah di wajah laki-laki parubaya itu saat menatap putranya, tentu ia sangat memahami bagaimana perasaan Jody saat ini, namun ia sangat tidak membenarkan sikap Jody yang begitu putus asa sampai ia sendiri ingin mendonorkan hatinya untuk Yasmin.
"Papa sangat memahami perasaan kamu sekarang, tapi kamu juga harus memikirkan bagaimana ke depannya. Bagaimana Yasmin seandainya dia tidak melihat kamu berada disisinya justru itu akan membuat Yasmin menderita. Papa sangat mengerti keadaan kamu, tapi kamu juga jangan bersikap egois,"
"Tapi Pa, Yasmin gak mempunyai banyak waktu lagi. Operasi transplantasi hati itu harus segera dilakukan kalau gak akan mengancam nyawa Yasmin. Aku gak mau kehilangan Yasmin, aku rela mendonorkan hati aku buat Yasmin mungkin itu jalan satu-satunya supaya Yasmin segera sembuh," ujar Jody terdengar putus asa.
"Tapi Nak,"
"Lebih baik aku yang pergi daripada aku harus kehilangan orang yang aku cintai, cukup aku kehilangan Mama Pa, aku gak mau kehilangan istri aku juga," Jody meninggalkan Papanya dengan kepasrahan.
Sultan memandang sendu putranya itu yang terlihat putus asa, ia pun tak mungkin membiarkan Jody menghadapi semuanya seorang diri.
"Papa pasti akan membantu kamu Jod, kamu dan Yasmin berhak bahagia,"
*