Bukan Senja

Laras Frantika Yutama
Chapter #1

Menulis kisah

Mimpi

Siapa orang di dunia ini yang tidak memiliki mimpi? Setiap orang membutuhkan mimpi untuk menjadi penyemangat dirinya dalam menjalani kehidupan.

Tak halnya dengan Tian,

Seorang pria biasa yang terlahir dari daerah yang jauh dari kota, terlahir dari daerah bagian dari Sumatera.

Putri hijau

Mungkin tidak banyak orang yang tahu tentang daerah ini atau bahkan tidak ada yang tahu. Entahlah! Tempat yang terletak di ujung utara Bengkulu ini menjadi saksi kegigihan dari seorang Tian Malik.

Bukan perkara gigih bekerja ataupun belajar melainkan gigih untuk bermimpi bahwa nantinya lukisan-lukisan yang telah ia buat satu demi satu itu dapat membawanya pergi berkeliling dunia.

Terdengar naif? Namun percayalah hal itu sangat wajar.

Mungkin orang-orang sering kali mendengar istilah seorang anak dari desa terpencil bermimpi besar, hal itu benar adanya.

"kau cantik sekali" gumam pria itu pada lukisan yang baru saja ia selesaikan sore ini, lukisan wanita cantik yang entah dari mana pria itu mendapatkan visual wanita itu karena memang wajah itu tidak ia kenali namun pikiran selalu tertuju pada satu wajah.

Wajah wanita tak di kenal.

Sebenarnya Tian Malik sudah berumur 24 tahun, ia baru saja menyelesaikan studinya di Kota Bengkulu, ia mengambil jurusan akuntansi. Jurusan yang tidak sengaja ia pilih dan entah mengapa ia berhasil masuk ke jurusan itu padahal ia sangat ingin mengambil jurusan seni namun tetap saja ia tidak bisa melakukannya karena orang tuanya telah terlanjur mengetahui bahwa ia sudah diterima di universitas negeri yang ada di Kota.

Jika biasanya mahasiswa fresh graduate akan langsung mencari pekerjaan ke sana kemari di Kota berbeda dengan Tian yang diharuskan untuk segera kembali ke kampung halamannya, Putri Hijau.

Itu semua dikarenakan kehendak orang tuanya terutama sang ibu yang meminta anaknya untuk kembali, sejujurnya sang ibu sangatlah khawatir berlebihan terhadap putranya karena saat Tian pernah mengalami kecelakaan saat di bangku Sekolah Menengah Pertama yang mengakibatkan pria itu harus dilarikan ke rumah sakit yang ada di Kota dan mengalami kritis lebih dari 24 jam.

Tak hanya mengalami kecelakaan fisik saja ternyata bagian dari kepalanya terbentur cukup keras hingga mengakibatkan amnesia.

Terdengar begitu memilukan bukan?

Namun ingatan dari pria itu kini sudah pulih dan ia sangat bersyukur bahwa dengan adanya kecelakaan itu Tian jadi memiliki bakat seni dalam dirinya padahal sebelumnya pria itu terlihat cukup cuek dengan dunia seni, jangankan dunia seni dia bahkan jarang mendengarkan musik.

Ini bukan mengada-ngada

Sekitar sebulan setelah ia bangun dari kritisnya dan kondisi fisiknya sudah cukup mumpuni untuk bergerak, hal pertama yang ingin Tian lakukan adalah melukis dan benar saja ia langsung melukis dan hal yang membuat orang tuanya terkejut adalah hasil lukisan Tian sangatlah indah.

"bu masih ada yang perlu Tian kerjakan?"

Sang ibu merupakan seorang penjual kue di pasar dan sang ayah hanyalah buruh serabutan.

"tolong ambilkan air di mata air sana"

Mendengar hal itu Tian langsung mengambil dua buah drigen kemudian membawanya menggunakan motor menuju sumber mata air yang ada disana.

"kapan tempat ini berubah? Semua masih terlihat sama sejak dahulu"

Tian memang memiliki kebiasaan berbicara sendiri walaupun tidak terlalu sering seperti halnya di perjalanan kali ini, sesekali ia bersenandung ria, sesekali bersiul atau menggerakkan sedikit badannya dengan pandangan yang masih fokus di jalan tentunya.

"TIAN!" teriakan dari seseorang itu sukses membuat pria itu menoleh

Saat melihat sosok yang menyapa Tian langsung melambaikan tangannya sebagai sapaan.

Guntur

Lihat selengkapnya