Bukan Senja

Laras Frantika Yutama
Chapter #3

Sebuah kata

Pusat Latihan Gajah Seblat, orang-orang yang beradua di daerah tersebut biasanya menyingkat nama tempat itu menjadi PLG. Sesuai dengan namanya, tempat ini menjadi pusat pelatihan gajah di Bengkulu, tempat ini merupakan balai konservasi gajah ke lima yang terdapat di Indonesia.

Orang banyak yang datang ke tempat ini untuk melihat sekumpulan gajah atau hanya untuk menikmati pemandangan alam yang terbunuh indah di tempat itu.

"tur, kau akan tinggal bersama siapa di Jakarta nanti?" tanya Tian seraya berjalan beberapa langkah ke arah pinggiran sungai yang terbentang luas dihadapannya itu.

"awalnya aku akan tinggal bersama saudaraku tapi bapak menyewakan rumah jadi yaudah tinggal sendiri saja" jawab Guntur dengan santainya seraya mengunyah beberapa kacang tanah yang sengaja ia beli saat diperjalanan menuju tempat itu.

"ooh, jadi mengapa kau ke sini? Harusnya siap-siap dong, besok kan mau berangkat"

Memang cukup aneh melihat sahabatnya itu meminta untuk menemaninya ke tempat itu padahal biasanya jika ingin Guntur bisa saja pergi sendirian karena memang rumahnya dekat dengan tempat itu.

Karena memang Guntur merupakan warga lokal tempat ini, ia tinggal di desa bernama Seblat dan aliran sungai yang terbentang luas ini juga disebut sungai Seblat.

Sebelum bertanya soal Seblat, mungkin dengan mengenal makna 'Putri Hijau' mungkin dapat menjelaskan ceritanya.

Putri hijau? Itu merupakan nama kecamatan dimana Tian dan Guntur tinggal saat ini, konon katanya nama itu bukan dipilih secara sembarang karena memiliki makna dan cerita dibaliknya.

Sebut saja sebuah legenda.

Konon katanya kata Putri Hijau diambil dari nama seorang putri yang merupakan penduduk setempat atau warga lokal, tidak ada cerita pasti mengenai ini karena memang cerita ini kebanyakan diwariskan secara lisan secara turun temurun jadi tidak dapat dipastikan bahwa cerita yang beredar kini merupakan murni dari cerita legenda itu. Namun intinya nama itu diambil berdasarkan pengorbanan yang dilakukan oleh sang putri.

"gak papa, aku hanya ingin menikmati waktu disini....toh aku belum tau akan kembali kapan dan mungkin tidak akan kembali" Guntur merebahkan tubuhnya di atas rerumputan itu dengan mulut yang masih mengunyah.

"aku sudah berjanji pada diriku bahwa aku harus memiliki sesuatu untuk dibanggakan baru aku akan kembali" sambung pria itu.

Mendengar itu Tian hanya bisa membalas dengan senyuman seraya masih beberapa kali melemparkan krikil-krikil kecil itu ke arah sungai Seblat.

"kau sendiri bagaimana?" kini Guntur membalikkan pertanyaan ke arah sahabatnya itu "apakah kau akan terus diam di tempat ini tanpa melakukan apa-apa?"

Tian berjalan menghampiri Guntur yang masih setia dengan posisi telentang menghadap ke langit sore itu "tentu aku tidak akan diam saja disini" Tian mengambil posisi duduk tempat disebelah Guntur.

"Ha ha ha" efek Guntur dengan tawa yang dibuat-buat "sudah ikut saja denganku dan jangan banyak membuat disini"

Guntur tahu betul bahwa Tian bukan orang yang suka diejek. Oleh sebab itu, Guntur selalu memiliki banyak cara untuk membuat sahabatnya itu merasa tertantang dan melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin ia lakukan sekalipun.

Lihat selengkapnya