Viewers di setiap story yang diuploadnya bisa mencapai puluhan ribu, namun hanya satu orang yang rajin mengirim react terhadap apapun yang dipostingnya.
Danish menyimpan ponselnya di tas dan kembali memperhatikan Narayya yang asyik bermain bersama para keponakannya. Dia sudah mengetahui pemilik akun dengan user @pecel_lele itu. Seorang penulis yang tidak pernah berhenti menentang porno literasi di dunia maya, penyuka bahasa Rumania, dan selalu memposting reels potongan novel yang membuat Narayya ketagihan hingga tidak bisa tidur jika belum membaca update terbarunya.
“Ray, sini.”
Narayya menoleh, lalu bangkit dan berjalan menghampirinya. Sambil menyeruput teh dingin, gadis berusia delapan belas tahun itu bertanya, “Kenapa, Mas?”
“Cerita dari akun Pecel Lele itu bagus ya?” tanya Danish penasaran.
“Bagus banget.” Narayya mengangguk. “Kenapa? Mas pengen baca juga?”
“Enggak. Penasaran kenapa kamu bisa suka banget.”
“Aku suka karena itu satu-satunya cerita yang menentang pacaran dan hubungan gak halal lainnya,” balas Narayya. “Ya kan Mas Danish tahu. Hari gini, kalau gak pacaran itu artinya gak gaul. Nah, Pecel Lele itu mau mematahkan stigma masyarakat yang mengagungkan pacaran dengan ngasih contoh dampak buruk yang terjadi kalau kita tetap nekat ngelakuin hubungan gak halal semacam itu.”
Danish melongo. Di dalam hati, dia takjub dengan pemikiran author yang disukai adik bungsunya ini.
“Dan novelnya ada yang mendukung?”
“Jelas ada. Lima belas juta pembaca itu bukan angka yang sedikit.”
Kali ini Danish terkejut.
“Dia hebat banget. Andaikan Mas lihat kegalakannya waktu ngomelin orang yang pada baper sama cerita porno. Wih, serem,” ucap Narayya sambil tertawa.
“Kamu ikutan komentar?” tanya Danish penasaran.
“Enggaklah. Lagian bahasa mereka serem-serem semua . Jadi aku cuma nyimak aja.”
Danish hanya menggumam saat Narayya pamit untuk kembali bermain. Tanpa bisa dicegah, tangannya kembali mengeluarkan ponsel dan membuka Instagram. Jemarinya cekatan mengetik user penulis Wattpad tersebut, lalu menyentuh link yang disisipkannya di bio. Layar segera berpindah menuju Microsoft Edge, yang lalu berubah menjadi layar berlatar warna oranye.
“Tidak ada sebuah hubungan akan bertahan lama tanpa ada keberkahan di dalamnya. Satu-satunya hubungan sah antara dua manusia di dunia ini hanyalah pernikahan, namun masih banyak juga orang awam yang menganggap kalau pacaran itu penting,” gumam Danish. Digulirnya lagi layar, membaca percakapan di profil akun tersebut.
“Sekali kamu berpacaran, saat itu juga kamu sedang menurunkan kualitas dirimu.”
Tanpa bisa dicegah, bibir Danish menyunggingkan senyum tipis. Dibukanya cerita-cerita yang terpublikasi dan membuka beberapa bab secara acak. Satu alis Danish terangkat naik, kagum sekaligus tidak percaya bahwa masih ada orang awam yang tidak takut mengingatkan orang lain meski dihujat puluhan ribu netizen.
Danish bangkit dan meraih stroller Nafisha, putri tunggal adiknya. Sementara Narayya yang sudah kelelahan berjalan gontai lebih dulu sambil mengobrol dengan Rajwa, kakak kelimanya.