Alana berusaha menghabiskan sepotong roti selai cokelat ditangannya. Walaupun dia sangat tidak nafsu makan sekarang.
"Alana, jangan lupa minum susunya ya, kemarin kamu lupa kan?" peringat Arin. Mama Alana.
Tanpa sepatah kata pun, Alana segera menghabiskan segelas susu cokelat dan menaruh sisa roti selainya dipiring. Dia bangkit dari duduknya dan menyampirkan tas sekolah di bahu kirinya.
"Alana berangkat sekarang," ucap Alana singkat.
Arin tersenyum dan berucap, "Iya sayang, hati-hati ya jangan lupa belajar yang ben ...." belum selesai Arin berbicara, perkataannya sudah dipotong Alana.
"Ya." sela Alana. Tidak memedulikan suasana ruang makan yang tiba-tiba hening, dia segera melangkah ke teras rumah dan segera pergi ke sekolah dengan sopir keluarga mereka.
Baru saja Alana duduk di kursi teras karena memakai sepatunya, Aurel datang dari dalam rumah memarahi sikap Alana terhadap mamanya tadi.
"Lo kelewatan banget Al, mana sopan santun lo?" tanya Aurel. Satu-satunya kakak perempuan Alana.
Alana mendongak, menatap Aurel yang berdiri didepannya. "Lo bukan Aurel yang gue kenal," ucapnya tajam. "Lo juga nggak suka kan, sama mama?"
"Gue emang nggak suka sama keputusan mama, tapi gue masih ngerti sopan santun saat bicara dengan orang yang lebih tua," tandas Aurel.
Alana berdiri, matanya tetap tertuju pada Aurel. "Ter..se..rah." ejanya.
Di balik tembok, Arin mendengar semuanya, mendengar apa saja yang diucapkan kedua putrinya itu. Hatinya serasa diremas, hancur berceceran saat mendengar ucapan tajam Alana, bagaimanapun juga ini adalah salahnya.
Langkah kaki Alana mendadak berhenti saat mendengar teriakan dari belakangnya.
"Gue berangkat bareng lo!!" teriak Aurel. Ia segera memakai sneakersnya dan berlari kecil menghampiri Alana. "Mobil gue rusak," ujar Aurel saat Alana menatapnya heran.
"Pakai aja mobilnya," suruh Alana.
Aurel mengerutkan kening. "Lo nggak mau ikut gue?"
Belum sempat Alana menjawab, dia segera melambaikan tangan dan berteriak kencang. "Devaan ... Gue ikut lo!!"
❇