BUKU HARIAN BAPAK

Ragiel JP
Chapter #2

RAHASIA RASIDI

Bulan masih bersinar di langit malam yang bersih tanpa bintang saat seorang lelaki turun dari mobil yang dikendarainya. Lelaki itu berusia 49 tahun dengan badan tegap dan tubuh yang masih terlihat altetis. Lelaki bernama Rasidi itu mengeluarkan sebuah buku harian bersampul kupu-kupu dan bunga anggrek, lalu membukanya dan tersenyum saat melihat sebuah foto seorang gadis berusia satu tahun tersenyum memamerkan lesung pipi di pangkuan seorang perempuan berwajah oriental yang sangat ayu bernama Laras.

Rasidi mengelus foto itu dengan perasaan mendamba. Matanya terasa hangat bila mengingat kenangan perihal Laras yang telah meninggal lebih dari satu dekade yang lalu. Perasaan bersalah terus menyerang seperti gelombang laut saat kembali melihat foto itu. Lelaki itu bertanya-tanya apakah ini perbuatan yang benar? Walau dari pihak ibunya Laras, alias mertuanya mengizinkannya, tapi tetap saja ada rasa seperti ditusuk jarum saat teringat anak gadisnya yang mewarisi mata Laras dengan sangat identik.

“Seroja pasti suatu saat akan mengerti,” ucap Bu Ningrum, mertuanya saat Rasidi mengemukakan keinginannya. “Ibu sudah tahu bagaimana sifat Kemala, dia perempuan yang sangat baik dan terhormat.”

“Tapi saya takut itu akan mengecewakan Seroja, Bu,” Rasidi menatap Bu Ningrum dengan khidmat. “Dia pasti tidak setuju kalau saya menikah lagi.”

“Percaya sama ibu, dia suatu saat pasti akan mengerti,” ulang Bu Ningrum menepuk-nepuk lengan Rasidi. “Sudah sepuluh tahun sejak Laras pergi, sudah saatnya kamu membuka hati yang baru. Ibu yakin Kemala akan menjadi ibu yang baik untuk Seroja.”

Suara klakson kembali membawa ingatan Rasidi ke masa kini. Lelaki itu buru-buru menyeka air mata saat mobil mendadak berhenti di lampu merah. Lelaki itu kemudian mengalihkan pandangan ke luar jendela mobil dan melihat suasana kota Purbalingga yang masih ramai. Beberapa penjual soto bancar yang merupakan salah satu makanan khas kota kelahiran Laras berdiri seolah memanggilnya untuk mampir. Di desa itulah pertama kali dia bertemu Laras karena saat itu dia melakukan KKN di desa itu. Saat pertama melihatnya, Rasidi langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Laras.

Aroma gurih dari soto bancar kembali membawa ingatan Rasidi melayang ke beberapa tahun lalu. Dia harus mengakui kekuatan aroma rempah memang luar biasa, aroma makanan selalu bisa membawanya ke kenangan paling krusial dalam hidupnya saat pertama kali memberanikan menyatakan perasaannya kepada Laras setelah selama beberapa bulan mereka sering bersama di desa itu.

Salah satu keahlian yang membuat Rasidi menyukai Laras adalah karena gadis itu mempunyai tangan yang ajaib dalam memasak. Segala sesuatu yang dibuat Laras selalu membuat nafsu makannya meningkat berkali-kali lipat. Misalnya saja, awalnya Rasidi tidak begitu menyukai makan sayuran, tapi setelah Laras membuatnya, entah kenapa rasa tumis kangkung dengan irisan cumi asin itu sangat enak bagi Rasidi. Bahkan saat tugas KKN selesai, pada suatu hari Minggu di akhir bulan Agustus, Rasidi memutuskan pergi ke desa itu untuk menemui Laras guna menyataakan perasaannya.

Di hadapan keluarga Laras yang terdiri dari ayah dan ibunya, serta sepanci kuah soto bancar yang beraroma gurih rempah, Rasidi mengatakan keinginannya untuk melamar Laras di hadapan Bu Ningrum dan Pak Bandi.

Dua tahun kemudian Rasidi menikahi Laras dan memboyongnya ke Yogyakarta. Mereka berdua selalu diliputi kebahagiaan setelah menikah. Pekerjaannya di salah satu kantor BUMN membuat hidupnya selalu berkecukupan, sedangkan Laras yang hobi memasak membuat warung makan yang pelanggannya selalu ramai.

Kehidupan Rasidi dan Laras semakin terasa lengkap saat kehadiran anak pertama mereka. Seroja Ayuning Tyas namanya. Dia gadis yang membuat kehidupan Rasidi bagai dilingkari pelangi. Membuat kebahagiaan hidupnya berkali-kali lipat. Namun, benar kata orang, kalau kebahagiaan hanyalah sebuah ilusi belaka. Lima tahun setelah perniakahan, Laras mengidap penyakit kanker otak.

Dunia seakan runtuh saat Rasidi mengetahui kondisi istrinya yang perlahan yang mulai kurus, rambut rontok dan wajahnya semakin pucat. Dengan telaten dia merawat istrinya dengan penuh cinta. Bahkan Seroja yang saat itu masih berusia delapan tahun sudah memahami kondisi yang diderita Laras. Seroja tumbuh menjadi gadis yang sangat mandiri dan tidak gampang menangis. Laras berhasil membentuk karakter anak gadisnya begitu kuat lagi mandiri.

Selepas kematian Laras dua tahun kemudian setelah divonis kanker otak, Rasidi menjelma menjadi sosok yang berantakan. Dia kerap mabuk-mabukan untuk menghilangkan kesedihannya. Pekerjaan jadi terbengkalai yang berimbas pada pekerjaannya yang awalnya baik-baik saja menjadi berantakan.

Lihat selengkapnya