BUKU HARIAN MINTARSIH

Ac Erri Yurita S
Chapter #3

Buku Harian Mintarsih - BAB 3

Aku menyeduh secangkir kopi dan membawanya ke meja kerjaku. Sudah pukul tujuh malam dan masih berkutat dengan pekerjaan.

Aku teringat pada pada buku usang itu, kuambil dari dalam tas dan meluangkan sedikit waktu untuk membuka lembar kedua. Masih sama, hanya saja kali ini dia menggunakan kertas bergaris untuk menulis suratnya.

________________________________

Kampung Melayu, 13 Juni 2017

Kepada Srinthil, Adikku

Maaf baru sempat menulis surat lagi, setelah hari - hari buruk yang kulewati. Dikejar petugas beberapa hari lalu dan terpaksa bersembubyi dirumah teman Yu Sar untuk sementara. Aku nemu pulpen dan kertas bekas bungkus bawang untuk menulis. Sedikit kuceritakan tentang Yu Sar. Siapa dia? Dan bagaimana aku bisa berakhir jadi buruhnya. Aku pernah berkta padanya Sri, "Yu, tapi itu dosa."

Kamu tahu jawabannya Sri?

"Tahu apa kamu soal dosa, Min? Wong semua yang enak itu dosa "Tawanya renyah, serenyah rempeyek baru diangkat dari penggorengan.

Yu Sar.

Ah dasar wanita "SETULEGI" kenthir!

"Setengah Tua Lemu Ginuk - Ginuk" julukanku padanya karena badannya yang sintal. Kamu bisa bayangin, Dia itu mirip seperti mbak Partinah, adiknya pak dukuh yang janda itu. Hobinya juga sama, pakai baju ketat, meski lemaknya pating pecothot.

Sri. . .

Andai aku tak pernah mengenal dia, mungkin aku tak akan pernah mengerti arti "jalang" yang sebenarnya Sri. Beda dengamu yang tamat SMA, kamu pasti tahu artinya.

Bagiku jalang adalah manusia hina-dina yang rela menukar isi rok dengan lembar - lembar uang lusuh.Menggeliat bagai cacing tersiram air sabun, beralaskan kardus, di tepi rel dengan makhluk-makhluk bau sampah itu?

Atau mereka sebenernya sampah?!

Sampah masyarakat!! Mungkin juga aku Sri.

Aku berpeluh, menjerit kesakitan tanpa suara, karena mereka memperlakukanku seperti binatang. Tapi kamu ndak usah khawatir, atiku wes tatag.

Kembali ke Yu Sar, wanita setengah tua lemu ginuk - ginuk.

Yu Sar. . . Yu Sar. . .

Lihat selengkapnya