Buku Panduan Mati Sengsara (Kumpulan Cerpen)

Rizal Nurhadiansyah
Chapter #8

Pohon Takdir

Di tengah hiruk-pikuk kota yang tak pernah sepi, ada sebuah taman kecil yang jarang sekali dikunjungi orang. Terletak di antara gedung-gedung pencakar langit yang gagah dan jalan-jalan yang macet, taman itu seolah-olah hanya sebuah titik mati di tengah hidup yang sibuk. Namun, di balik keheningan taman itu, ada sebuah rahasia yang menunggu untuk ditemukan.

Hari itu, Surya merasa lelah setelah seharian terperangkap dalam rutinitas kantor yang tak ada habisnya. Ia sudah beberapa minggu merasa seperti tenggelam dalam kebosanan yang tak bisa ditangkis. Setiap hari berulang dengan cara yang sama: berangkat kerja, bekerja, pulang, tidur, dan mengulang lagi. Sesekali, ketika hatinya terasa sesak, ia melarikan diri ke taman itu. Sebuah tempat yang seakan tak tersentuh oleh waktu—taman yang telah lama terlupakan orang.

Matahari sore memancarkan sinar kuning yang lemah, seolah tak berusaha menembus kepulan asap dari kendaraan yang menggerombol di sekitar kota. Surya duduk di bangku taman yang kayunya sudah mulai lapuk. Ia memandang sekitar, tak ada yang menarik, kecuali sebuah pohon besar di ujung taman. Pohon itu aneh, lebih besar dari pohon-pohon yang biasa ada di taman kota, seolah berasal dari dunia yang berbeda. Batangnya yang kekar, dilapisi lumut hijau, berdiri tegak di tengah keheningan, seakan menahan waktu. Daunnya, meskipun tidak terlalu lebat, terlihat lebih gelap dari yang lain, berkilau seperti ada sesuatu yang menyembunyikan rahasia.

“Pohon ini... tidak seperti yang lainnya,” gumam Surya pelan, meski tidak ada yang mendengarnya. Ia tak tahu mengapa, tapi ada sesuatu yang menariknya untuk mendekat.

Langkahnya terasa berat, seperti tubuhnya enggan bergerak, namun rasa penasaran mengalahkan semua itu. Semakin ia mendekat, semakin ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan pohon itu. Bukan hanya bentuknya yang luar biasa besar dan kokoh, tetapi juga atmosfer yang mengelilinginya—suasana yang berbeda, hampir seperti sebuah dunia terpisah. Surya berhenti beberapa langkah dari pohon, merasa ada sesuatu yang menahan dirinya untuk lebih dekat. Tetapi matanya tak bisa mengalihkan pandangan dari daun-daun yang tampak berkilau di bawah cahaya senja.

Lambat-lambat, ia memerhatikan lebih seksama. Daun-daun itu bukan daun biasa. Setiap helainya memiliki tulisan, halus dan tak terlihat jelas dari kejauhan, namun cukup terang ketika dilihat lebih dekat. Pada awalnya, ia mengira itu hanya bayang-bayang yang terbentuk karena cahaya matahari yang merembes melalui celah-celah dedaunan. Tapi ketika ia bergerak lebih dekat, ia bisa melihat dengan jelas bahwa setiap daun memiliki sebuah nama yang tertulis di permukaannya—nama yang sangat familiar.

Dengan rasa penasaran yang semakin mendalam, Surya mendekatkan dirinya lagi. Ia memandang satu per satu daun yang tergantung di cabang-cabang pohon tersebut, merasa terheran-heran. Ada banyak nama yang tertulis di sana—nama orang-orang yang pernah ia kenal atau dengar kabarnya. Beberapa di antaranya adalah nama orang-orang yang telah lama meninggal, sementara yang lainnya adalah nama yang ia tahu tengah sakit keras.

Hatinya berdebar-debar. Surya melangkah lebih dekat lagi, tiba-tiba merasa ada getaran aneh yang menyelimuti udara di sekitarnya. Ia tahu, ia sedang berada di tempat yang sangat aneh. Matanya tertuju pada satu daun yang terletak di cabang paling bawah. Daun itu berwarna hijau tua, hampir hitam, dan di atasnya tertulis sebuah nama yang tidak bisa ia lupa. Nama itu adalah "Surya".

Jantungnya berhenti sejenak, dan tubuhnya terasa kaku. Nama itu, nama dirinya sendiri, tertulis jelas di atas daun tersebut. Ia menatapnya dalam-dalam, mencoba memahami apa yang baru saja ia lihat. Tak mungkin. Bagaimana bisa ada nama dirinya di situ? Pohon itu... pohon ini—apakah pohon ini menandakan sesuatu? Mengingatkan tentang sesuatu?

Surya tidak bisa berkata-kata. Nafasnya terasa sesak. Matanya kembali melirik ke daun-daun lainnya, seolah mencari penjelasan. Setiap daun yang tergantung di pohon itu seperti menyimpan sebuah rahasia yang tak ingin diungkapkan, tetapi justru semakin ia berusaha mengerti, semakin tak jelas jawaban yang didapatkan.

Mungkin ini hanya kebetulan. Mungkin ini hanya sebuah permainan pikiran. Tetapi kenapa, di saat ia menatap nama itu, ia merasa ada sesuatu yang lebih dalam yang mengaitkannya dengan pohon ini—sebuah hubungan yang tidak bisa dijelaskan.

Dengan tangan yang gemetar, Surya meraih daun itu dan merobeknya pelan-pelan dari cabangnya. Ia ingin merasakan tekstur daun itu, ingin tahu lebih jauh apakah ada yang aneh dengan tulisan yang tertera di atasnya. Ketika daun itu lepas, ia memandangnya lebih jelas.

Nama "Surya" di atas daun itu seolah berkilau lebih terang daripada yang lain, dan seketika Surya merasa sesuatu yang tidak biasa mengalir ke dalam dirinya. Ada sensasi yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata—seperti ada sesuatu yang telah digariskan, dan ia tidak bisa melawan. Tidak ada suara, hanya kesunyian, dan dalam kesunyian itu ia merasa sebuah kekuatan yang tak bisa dihindari sedang berusaha menariknya.

Dengan napas yang berat, Surya menatap daun itu sekali lagi, lalu dengan ragu meletakkannya kembali ke cabang pohon. Entah kenapa, ia merasa lebih baik jika daun itu tetap ada di tempatnya. Namun, rasa cemas yang melingkupinya tidak kunjung reda.

Surya berdiri terpaku beberapa saat. Ia memandang pohon itu untuk terakhir kalinya, lalu berbalik untuk pergi. Namun, di dalam hati, ada satu pertanyaan yang terus berputar: Kenapa namaku ada di sana?

***


Surya pulang dengan langkah yang lebih berat dari biasanya. Sesampainya di rumah, ia melemparkan dirinya ke atas sofa, namun pikirannya tak bisa lepas dari apa yang baru saja ia temui di taman itu. Nama itu—Surya—tertulis di salah satu daun pohon yang misterius. Entah kenapa, ia merasa seolah sebuah ketukan tak terlihat telah menghampirinya, memberi peringatan yang tak bisa ia abaikan.

Ia memandangi langit malam yang gelap melalui jendela, seakan mencari jawaban di balik bintang-bintang yang berkerlip di atas sana. Namun yang ia temui justru sebuah kekosongan, rasa bingung yang menyelimuti hati. Sejak kejadian itu, Surya merasa ada sesuatu yang mengganggu, seolah dunia ini bukan lagi tempat yang biasa ia kenal. Dalam sepi malam itu, ia merasakan ada sesuatu yang mengamati dirinya, dan itu datang dari pohon yang aneh di taman.

Hari-hari berikutnya, Surya kembali ke rutinitas yang biasa, namun pikirannya tak pernah bisa jauh dari pohon itu. Setiap kali ia melewati taman, ia merasa dorongan untuk kembali melihat pohon itu, memastikan bahwa apa yang ia lihat sebelumnya bukanlah khayalan. Dan setiap kali ia kembali, ia menemukan lebih banyak nama yang tertulis di daun-daunnya. Nama orang yang sudah lama meninggal, nama orang yang sedang sakit, bahkan nama orang-orang yang ia kenal namun jarang ia perhatikan.

Tetapi yang lebih mencemaskan, semakin sering ia mengunjungi taman itu, semakin ia merasakan ada yang berubah dalam dirinya. Setiap kali ia mengamati daun-daun itu, perasaan takut dan cemas semakin menguasai. Tak ada satu pun yang bisa memberi penjelasan rasional tentang pohon itu—misteri ini jauh lebih besar daripada yang bisa ia pahami.

Lihat selengkapnya