Bulan Bening di Wajah Ibu

Yosep Rustandi
Chapter #1

SATU: Ambilkan Bulan, Bu

ambilkan bulan, Bu

ambilkan bulan, Bu

yang bersinar terang di langit

untuk menemani tidurku

di malam gelap

 

ANAK usia enam tahun itu menyanyi sambil memandang bulan. Ibunya yang duduk di sebelahnya, membelai dan mendekapnya. Taman di belakang rumah mungil itu begitu lengang. Angin kecil menyisir wajah, menebarkan harum sedap malam yang mulai mekar.

“Masuk, Ayu. Kita harus tidur, biar besok tidak kesiangan pergi ke kebun binatang.”

“Ayu belum ngantuk. Ayu ingin menemani dulu bulan.”

Ibunya memandang bulan yang bulat penuh. Cahayanya menyebar, membuat pendar-pendar di daun dan bunga-bunga. Apakah ada manusia yang hidup seperti bulan, pikir Ibu Ayu, hidup sendirian, menerangi kegelapan dan selalu setia?

“Apakah bulan tidak kesepian, Bu?”

“Tidak.”

“Kenapa?”

“Kan punya teman, bintang-bintang itu.”

“Ayu kasihan. Meski tidak punya Bapak, tapi Ayu punya Ibu, punya Bi Ami, punya Om Iwan. Coba kalau bulan, punya siapa? Setiap malam selalu sendirian.”

“Kan punya banyak teman, bintang-bintang itu.”

Lihat selengkapnya