Bulan dan Langit

sabina
Chapter #3

Terganggu

Bintang menghentikan motornya tepat di depan rumah Bulan, rutinitas di pagi harinya yaitu menjemput Bulan agar ke sekolah bersamanya. Hari ini rencananya ia akan bertanya langsung kepada Bulan perihal kemarin.

"Bintang? Nggak masuk dulu?"

Bintang tersadar dari lamunannya lalu menatap Ria, kakak Bulan yang sudah berada di depannya.

"Eh disini aja Kak"

"Oh gitu, yaudah kakak berangkat dulu ya" ucap Ria kemudian menjalankan motornya menjauh dari pekarangan rumahnya.

"Lama amat kaya siput" cibir Bintang saat melihat Bulan yang baru saja keluar dari rumahnya.

Bulan menatap Bintang dengan tatapan kesal, "Lagian lo kepagian"

"Biasanya juga kan jam segini"

"Yaudah yuk ntar keburu telat"

"Gue mau nanya" ucap Bintang.

"Yaudah nanya aja, nggak biasanya izin dulu" balas Bulan yang melihat Bintang hanya tersenyum kikuk.

"Nggak jadi deh"

"Lo belum pernah ngerasain nyium sepatu?!" Tanya Bulan garang.

"Kemarin lo pulang bareng siapa?" Akhirnya Bintang memutuskan untuk bertanya dari pada ia menerka sendiri jawabannya.

Bulan menghela nafasnya kemudian mengangkat bahunya acuh, "Orang aneh, masa tiba-tiba dia nawarin tumpangan"

"Namanya siapa?"

Bulan nampak berpikir, mencoba mengingat nama orang yang mengantarkannya pulang kemarin, "Oh namanya Langit"

"Oh" balas Bintang.

"Lo kenal?" Tanya Bulan.

Bintang menganggukan kepalanya, "Ketua futsal"

Bulan hanya manggut-manggut kemudian naik ke atas motor Bintang, "Yaudah yuk jalan, ngomong mulu"

Bintang menepis segala dugaan yang berada di kepalanya, tidak mungkin Bulan dekat dengan seseorang karena gadis yang satu itu paling cuek dalam masalah cinta.

                                  ****

Bulan menghela nafasnya berulang kali. Materi fisika yang di sampaikan oleh gurunya tidak ada satupun yang ia mengerti. Ingin rasanya Bulan menghilang dari kelasnya.

Bulan sudah tidak bisa menghitung berapa kali dirinya menguap yang membuat Sierra mendengus kesal karena dirinya yang terus saja menguap.

"Ngapa sih lo? Dari tadi nguap mulu udah kaya cerobong asap" cibir Sierra.

Bulan menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya, "Nggak ngerti materi, pengen kabur aja"

"Bolos ke perpus yuk" ajak Sierra yang membuat senyum Bulan mengembang.

"Yuk, gue izin duluan ya" Bulan berdiri dari tempatnya lalu menghampiri Aida, gurunya yang sedang berada di tempatnya.

"Buk, saya izin ke uks"

"Kamu sakit?" Tanya Aida.

Lihat selengkapnya