Selain kekosongan, tepatnya 99,99999% kekosongan, tidak ada apa pun di luar sana. Hanya ada ruang kosong di antara seluruh bintang. Bintang terdekat setelah Matahari berjarak 4,2 tahun cahaya. Itu artinya, jika aku menyorotkan cahaya di tempatku sekarang, hanya dalam satu detik, cahaya itu sudah berhasil mengitari Bumi sebanyak tujuh kali. Namun, bahkan dengan kecepatan di luar nalar itu, aku baru akan sampai ke bintang berikutnya 4,2 tahun kemudian.
Aku bisa saja terlahir di luar angkasa dan tidak melihat apa pun sepanjang hidup selain kekosongan. Aku mungkin beranggapan bahwa yang ada memang hanya kekosongan. apakah itu karunia atau kutukan, aku tak tahu. Namun, setiap kali teringat pada gagasan ini, aku tidak bisa berhenti bersyukur.
Apa yang kulihat, sentuh, dengar; segala warna yang melesat di depan mataku, selaksa aroma yang hinggap di hidungku, juga beragam bentuk yang dapat kusentuh; bahkan perasaan yang terkadang tidak nyaman dan membuatku cemas berkepanjangan; adalah keajaiban.