Bulan Madu Pengantin

Rosi Ochiemuh
Chapter #3

Keinginan dan Kecemasan.

Tahun 2023.

Rumah yang selama ini hampir jadi petaka buat gadis itu enam tahun lalu, sekarang atau nanti akan ditempatinya bersama calon suami untuk selamanya.

Dia menghidu sedikit demi sedikit aroma dalam ruangan rumah itu. Sesekali memejamkan mata untuk merasakan ketenangan pada setiap sudut-sudut ruang. Dia tidak menyesal jika takdirnya pada rumah ini akan bersama kembali, meski pun selamanya.

“Amora,” panggil perempuan tua itu dari balik pintu.

Gadis itu berbalik dan menghampiri perempuan tua yang selalu memberikan senyum sapa khasnya. Bukan sekadar nenek bagi kekasihnya, tapi sudah dia anggap nenek sendiri tiga tahun belakangan ini dalam pertemuan yang berkali-kali.

“Iya, Eyang Titik. Ada apa?”

Perempuan tua itu terkikik geli dan langsung berucap, “rasanya aneh aku itu dipanggil olehmu, Eyang Titik. Biasanya kamu panggil aku, Bu Titik,” sambil mengernyit sedikit.

“Apa aku salah, ya? Sebentar lagi juga akan jadi nenek-ku, neneknya Kusma nenekku juga. Tapi aku suka panggil Eyang Titik saja,” balas gadis itu sedikit manja.

“Iya Amora, terserah kamu saja enaknya,” sahut Bu Titik tersenyum. Dia melanjutkan perkataannya yang tertunda, “begini Amora. Sementara kamu jangan ke rumah ini dulu. Tidak enak dilihat orang-orang di sekitar sini, ya, karena kamu dan Kusma sering datang ke rumah ini, walaupun tidak menginap. Kamu dan Kusma sebentar lagi akan menikah. Jadi, kalian harus bisa menjaga diri, benar tidak,” terang Bu Titik. 

Wajah Amora berubah datar menanggapinya. Sedikit rasa tidak nyaman menyergap tapi sebenarnya apa yang diucapkan itu benar.

“Baiklah kalau begitu. Aku tidak akan ke sini dulu. Oh, iya, Eyang, aku ingin acara pernikahan kami dilaksanakan dalam rumah ini, supaya nanti suasana sakral itu menyelimuti rumah ini. Siapa tahu kakek dan nenekku, ayah, paman, menyaksikan, dan tahu aku menikah dan bahagia.”

Bu Titik tercenung pada penuturan gadis itu. Dadanya jadi menghangat dan sedikit sesak. Apa yang Amora inginkan itu sangat sederhana, tapi tidak untuk ayah dan ibunya. Apakah mereka bisa mewujudkan keinginan Amora? Impian gadis itu, mungkin nantinya dibilang tidak masuk akal. 

 “Iya Amora. Aku akan selalu berdoa untuk kalian, semoga hari pernikahan itu lancar dan kalian hidup bahagia selamanya,” ucap Bu Titik menanggapi ucapan gadis itu.

***

“Kamu sudah tanya sama Amora, Lis? Kapan Kusma dan walinya datang melamar?”

“Sejak kemarin, Amora terlihat sibuk, Mas. Dia sering pergi ke rumah kita di sana, ” jawab Elis. 

Lihat selengkapnya