Bulan Madu Pengantin

Rosi Ochiemuh
Chapter #4

Menuju Lampu Hijau

Tahun 2023.


Tidak ada yang salah dari permintaan seorang putri pada ayahnya. Amora menunggu keinginan itu dikabulkan. Hati kecilnya tahu kalau sang ayah akan merasa resah, bimbang, dan tidak tahu apakah bisa mengabulkannya.

“Amora tahu dan mengerti keinginan itu tidak akan bisa terpenuhi karena Ayah mencemaskanku. Ayah, percaya padaku, apa pun yang pernah terjadi di sana aku yakin Allah selalu bersama kita,” ucap gadis itu berusaha menjelaskan pada ayahnya.

Elis menatap suaminya yang bimbang. Kedua mata itu terlihat tidak menerima, akan tetapi apa yang Amora katakan benar. Ada Allah, mengapa harus khawatir? Ada Allah yang akan melindungi jika kita selalu meminta perlindungan pada-Nya. Dalam hati Elis merasa bangga, putrinya sekarang sudah menunjukkan kedewasaan. 

“Setelah menikah, kamu dan Kusma serius akan tinggal di rumah itu?” tanya Marko pada putrinya.

Amora menatap ibunya sebentar, hati itu mulai berkecamuk kecil. Takut jika itu juga tidak diizinkan ayahnya. Gadis itu memainkan sendok sembari berpikir pelan bagaimana menjawab dengan cara yang tidak membuat ayahnya resah.

“Iya, Ayah. Amora waktu itu pernah bilang sama Ayah dan Ibu. Lagi pula rumah itu satu-satunya kenangan yang tersisa. Maafkan aku jika keputusan ini mengecewakan,” jawab Amora.

Kedua mata Marko terpejam sejenak, mengatur napas supaya bisa mengendalikan emosi. Terkadang pikiran anak tidak pernah sama dengan orangtua. 

Ada hal yang tidak dimengerti anak-anak manakala orangtua mencemaskan mereka, penolakan adalah cara terbaik untuk melindungi mereka dari sesuatu yang membahayakan. Namun, orangtua kadang harus mengikuti kemauan anak supaya mereka bisa dihargai. 

“Ibu, sebenarnya mengizinkan kamu, tapi bukan berarti ayahmu tidak, Amora. Ada hal yang dicemaskan saat ini. Cemas pada kalian, karena nantinya tidak mau kejadiaan nahas itu terulang. Kamu tahu, kan?” jelas Elis berusaha membuat putrinya mengerti.

“Iya, Amora mengerti, Bu. Ayah, percaya sama Amora dan Kusma. Ayah hanya perlu mendoakan kami berdua. Jangan cemas, Yah,” bujuk Amora sembari meraih tangan ayahnya lalu menggenggamnya. 

Marko menarik napas panjang, menatap wajah istrinya seolah memberitahukan bahwa apakah dia harus menuruti permohonan Amora? Elis balik membalas tatapan suaminya dengan anggukan dan senyum hangat. 

Lihat selengkapnya