Tahun 2023.
Awal bulan September, cuaca yang kian hari tidak menentu. Sepasang kekasih menanti hari penyatuan paling sakral dalam hidup mereka. Namun, sesuatu yang tidak terduga sering datang beriringan dalam kehidupan. Seperti kebencian dan dendam yang mencari korban dan akan selalu bergentayangan.
Kadang dunia yang terlihat indah tidak selamanya dibentuk dari perbuatan dan niat baik. Dunia yang terlihat indah dipandang mata, kerap dibentuk paksa oleh nafsu tak terkendali dan topeng kepalsuan, yang diwujudkan dengan berbagai cara meski harus mengorbankan jiwa-jiwa makhluk yang lain.
Di pagi yang hampir menjelang siang itu, sebuah mobil Kijang Innova Super White melaju dengan kecepatan sedang di jalan raya, bagaikan kuda putih yang akan menuju ke kediaman sang putri pujaan hati.
Di dalam mobil itu seorang pemuda bagai pangeran tampan, hatinya berbunga-bunga, tidak lain dia adalah Kusma bersama neneknya, dan tiga orang kerabat dari mendiang sang kakek.
Bertujuan meminang putri pujaan hatinya, tidak lain dia—Amora pada orangtuanya secara resmi, dan membawakan beberapa buah tangan berupa parsel keranjang cantik sebagai tanda mata dari calon pengantin pria.
Sepanjang jalan Kusma selalu tersenyum, wajahnya berseri-seri, dan hatinya berdebar-debar. Dia memakai kemeja batik berbahan satin biru laut, dipadukan celana berbahan jeans warna hitam. Sedangkan neneknya memakai tunik bahan ceruti lengan lonceng warna kuning kunyit dipadu celana kulot satin cokelat tua. Rambut pendeknya yang keperakan dipakaikan jepit rambut bentuk bunga warna keemasan.
Mereka yang ikut tidak henti-hentinya menggoda pemuda itu karena selalu tersenyum. Pipi Kusma merah jambu jadinya. Pemuda tanggung itu akan segera jadi pengantin dan menikah dengan pujaan hati. Usia sepasang kekasih ini terbilang sudah matang untuk menuju altar pernikahan dan berumah tangga. Kusma baru menginjak usia dua puluh enam tahun, dan Amora dua puluh dua tahun.
Sampailah mobil Kijang Innova Super White itu di sebuah rumah sederhana dengan halaman yang luas. Mobil diparkir di halaman rumah orangtua Amora yang bersebelahan dengan rumah ibunya Marko.
Mereka disambut ramah oleh keluarga dari pihak calon pengantin perempuan. Nampak Marko memakai batik lengan panjang bercorak bunga tanjung bahan satin putih gading, Elis terlihat bersahaja memakai gamis set panjang warna dusty pink bersama Arum yang kelihatan riang karena balita itu senang banyak orang yang datang. Keluarga besar Marko turut melengkapi.
Amora terlihat berpenampilan manis dan bersahaja dengan blouse monalisa warna salem dipadu rok plisket merah tua, berhijab sifon segi empat warna senada dengan baju. Berdiri di samping neneknya sambil menunduk malu-malu. Jantungnya sejak pagi sekali selalu berdebar.
Padahal gadis itu sudah tahu jika Kusma beserta kerabat kakeknya akan datang melamar, sekaligus menentukan tanggal pernikahan mereka. Keluarga menginginkan yang terbaik untuk Amora dan Kusma. Lebih cepat lebih baik.