Renata menampakkan batang hidungnya setelah tertarik mendengar bujukan Luna. Perempuan paruh baya itu suka sekali dengan gemerlap pesta dan pemuda tampan. Meskipun dia dulu berstatus istri Henri, tetapi diam-diam Renata bermain api. Hanya Luna yang tahu. Tidak ada yang tahu termasuk Mahmud yang dekat juga dengannya. Kini statusnya sudah lain, janda kaya, dan lebih bebas melakukan hal apa pun termasuk kesenangan duniawi itu.
"Ya sudah, masuk saja. Aku mau bertukar cerita sama kamu," ucap Renata dengan melongokkan kepalanya separuh dari balik pintu kamar.
Luna masuk ke kamar Renata dan dia mendelik karena ruangan kamar itu bak kapal pecah. Seolah baru terjadi perang yang memperlihatkan carut-marut isi ruangan dalam kamar.
"Ya ampun, Bu Tata. Barang-barang yang pecah itu seharusnya dikasih padaku saja, daripada dijadikan pelampiasan. Sayang dong kalau hancur. Lagi pula Ibu bisa beli lagi yang baru," ujar Luna tanpa sungkan mengatakannya.
Dia sudah terbiasa selalu berkata terus terang, secara gamblang. Termasuk menyampaikan keinginan apa pun pada nyonya besar.
"Ah, kamu. Barang lama begitu masih mau. Aku tidak kepikiran soal itu Luna! Aku lagi kesal. Kamu tahu hari ini sangat menyebalkan buatku," sahut Renata, sambil menyingkap rambutnya kemudian duduk di ranjang empuk tanpa sprei. Tempat tidurnya pun ikutan kacau-balau.
Sebetulnya Luna jengah dengan isi kamar nyonyanya itu yang sudah tidak karuan karena diamuk pemiliknya sendiri. Luna menarik napas sambil menggeleng. Kemudian dia berpikir untuk bicara empat mata pada bosnya itu di luar saja. Sambil makan di restoran kesukaannya, ditemani musik membuat suasana hati sedikit menyenangkan.
"Bu Tata, kita ke luar saja hari ini, yuk. Ngobrolnya di luar saja. Sebaiknya kita makan pagi ini di luar. Di restoran langgananku. Ada musik, bisa menyenangkan daripada di rumah," bujuk Luna, matanya mengerling sambil tersenyum manis.
Perempuan paruh baya itu lantas memandangi sekeliling kamarnya yang berantakan. Dia baru sadar jika ruangan itu harus dibereskan dan kalau perlu beli properti baru. Ganti kaca lemari pakaian dan kaca meja riasnya yang sudah pecah semua.
Renata mengangguk lalu meminta Luna menunggunya untuk mandi sebentar dan ganti pakaian.
Luna menunggu di teras kamar Renata sembari memainkan ponsel pintar miliknya. Dia tidak pernah absen update berita terkini dan berita ekonomi hari ini. Terutama kabar saham di Indonesia karena Luna bermain di bursa saham.
Ada empat saham yang dia ikuti dari empat perusahaan terbaik termasuk dua perusahaan mendiang Henri. Harga saham hari ini terbilang stabil dan menjanjikan ke depan. Mulanya dia pesimis saham bulan Oktober nilainya turun, rupanya masih stabil sampai ke depannya.