Bulan Madu Pengantin

Rosi Ochiemuh
Chapter #17

Memutuskan Sebuah Pilihan


Hari ketiga, pengantin baru itu telah menjalani hidup bersama, semua baik-baik saja. Bu Titik merasa nyaman saat dia tinggal bersama Amora dan Kusma di rumah itu. Pak Wit dan keluarganya pamit pulang ke kota Surabaya, kota kelahiran mendiang suami Bu Titik.

Kusma seperti biasa akan berangkat ke sekolah tempat dia bekerja sementara. Di samping itu dia sudah mencoba menulis lamaran kerja dan dikirimkan ke beberapa perusahaan yang membuka lowongan kerja dari iklan koran dan kantor pos. Sementara menunggu, dia tetap mengabdi di sekolah tempat dia mencari nafkah dan berbagi ilmu administrasi yang dipelajarinya di sekolah menengah kejuruan. Pemuda itu saat ini pun sedang kuliah di jurusan administrasi perkantoran di universitas swasta yang terjangkau biayanya.

Amora pun tadinya ingin melanjutkan ke jenjang universitas. Namun, terkendala oleh kursus jahit selepas tamat SMK untuk menambah wawasan. Jika sudah lulus, Amora ingin membuka butik pakaian syar'i dan pakaian wanita masa kini. Gadis itu sudah lama ingin membuat brand pakaian sendiri. Sementara dia harus bersabar, karena dia sudah punya suami. Cita-cita untuk menjadi desainer dan kuliah di jurusan tata busana ditunda dahulu. 

Sebelum berangkat kerja, Kusma menerima telepon dari nomor telepon tidak dikenal dan sepertinya nomor kantor atau rumah. Kemudian dijawab dengan sopan. Rupanya dari sebuah perusahaan swasta yang ada di kota Karawang. Bergerak di bidang kontraktor dan agen perumahan baru. 

Kabarnya membutuhkan karyawan sebagai administrasi kantor pemasaran di cabangnya yang letak kantornya bersebelahan dengan mall. Kusma diberi waktu tiga hari untuk memberikan jawaban, bahwa dia menerima pekerjaan yang ditawarkan.

“Amora, aku diterima bekerja di perusahaan swasta cabangnya. Di kantor pemasaran kontraktor dan perumahan bagian administrasi. Gajinya per bulan empat juta. Bagaimana, ya?” tanya Kusma bimbang. 

Meskipun di tempat kerjanya jadi penjaga perpustakaan sekaligus tata usaha gajinya kecil, tapi dia berat meninggalkan teman-teman yang sudah karib. Suasana kantor di sekolah itu selalu hangat. Akan tetapi, dia butuh pendapatan yang lebih baik karena sudah beristri, tanggung jawabnya bertambah seiring waktu.

“Terserah kamu saja, Kusma. Menurutmu baik, ambil. Jika merasa nyaman di tempat yang lama bisa tolak,” jawab Amora tersenyum. Hati kecil pemuda itu sebenarnya tertarik dengan gaji yang sepadan.

Lumayan besar untuk ukuran karyawan baru. Akhirnya Kusma mantap memutuskan untuk menerima pekerjaan itu. Berarti dengan berat hati hari ini dia harus mengundurkan diri, dan pamit pada rekan-rekan kerja dan guru-guru di sekolah itu. 

Di perjalanannya pemuda itu memikirkan cara yang tepat untuk pamit dan memberitahukan bahwa dia diterima bekerja di tempat lain walau berat untuk jujur. Dia harus jujur memberitahukan sebab dia mengundurkan diri, daripada tiba-tiba resign dan tidak bilang. Itu tidak sopan sama sekali. Etika dalam pekerjaan sebaiknya tidak resign tiba-tiba. 

Tiga hari, satu minggu, atau satu bulan sebelum resign seorang karyawan yang beretika akan meninggalkan kesan yang baik. Tidak meninggalkan pekerjaan dengan keadaan yang berantakan hingga buat penerus kerjaannya jadi terbebani.

Sementara Amora merasa senang suaminya diterima bekerja dengan gaji per bulan yang lebih besar. Dia berharap pekerjaan yang ditawarkan oleh perusahaan swasta itu akan mempekerjakan suaminya lebih lama, atau menjadikan Kusma karyawan tetap. 

Mengingat di masa pandemi corona dua tahun kemarin, banyak orang menganggur karena banyak lapangan kerja tutup, perekonomian sedang lesu karena harga-harga kebutuhan hidup terutama bahan pangan sedang naik tahun ini. Mendapatkan pekerjaan atau masih bekerja di masa sekarang amatlah beruntung. 

Kusma sudah bicara pada kepala sekolah selaku pemimpin sekolah swasta tempat dia direkrut bekerja. Bersyukurnya Pak Kepala Sekolah itu sangat mendukung Kusma karena masih muda dan perlu wawasan lebih luas.

Lihat selengkapnya