Bulan Madu Pengantin

Rosi Ochiemuh
Chapter #22

Selamat Datang, Kusma


Amora masih tidak bisa tenang setelah apa yang dimimpikannya waktu malam itu. Masih tergambar jelas suasana yang dia hadapi, dan perempuan berambut putih yang melayang dan datang untuk merebut suaminya yang sudah tidak berdaya. Pada saat yang sama Bu Titik ikut berpikir diam-diam tentang apa yang dialami Amora pada dini hari waktu itu.

Jika Renata sudah semakin dekat tangannya untuk meraih ke mari, itu artinya keadaan kedua cucunya akan semakin berbahaya. Tidak hanya Kusma incarannya, tapi juga Amora akan ikut mengalami bahaya. Apakah Amora bermimpi buruk mendapatkan petunjuk bahwa akan ada bahaya yang datang?

“Amora, begini, Eyang mau memastikan apa yang sebenarnya terjadi dalam mimpi burukmu itu? Tolong beritahu, karena itu sangat penting,” tanya Bu Titik ketika mereka hanya berdua di dapur.

Gadis itu tersentak dengan pertanyaan nenek suaminya itu. Mengapa masih menanyakan mimpi buruknya sedangkan waktu itu dia tidak mau menanyakan lebih dalam lagi padanya? Amora mematung sejenak.

“Eyang mau tahu apa yang terjadi dalam mimpiku? Sebenarnya mimpi itu lebih menakutkan dari mimpiku sebelumnya tentang rumah ini dan petunjuk mendiang kakek dulu sekali. Entah apakah ini firasat buruk atau hanya bunga tidur saja,” tutur Amora resah untuk menyampaikannya sekarang, mengingat sebelum mimpi buruk terjadi, pigura foto pernikahannya jatuh tiba-tiba dan pecah kacanya di lantai.

Bagi Kusma mungkin itu hanya kebetulan jatuh karena di pikiran suaminya waktu itu, pigura fotonya yang tidak pas saat diletakkan di dinding kamar. Namun, tidak dengan Amora meski telah diwanti-wanti oleh suaminya untuk jangan berpikiran buruk apa pun. Gadis itu mengaitkan kejadian sebelum mimpi buruknya terjadi atas jatuhnya tiba-tiba pigura foto pernikahannya.

“Lantas? Kamu mau menyimpan mimpi buruk itu sendirian?” lanjut Bu Titik penasaran akan kalimat Amora selanjutnya, apakah jawaban atau tetap tidak mau memberitahu.

Amora menyerah, dan menceritakan semua mimpi buruknya itu sampai Bu Titik terperanjat setelah mendengarkan. Firasatnya benar. Renata sedang menjalankan aksinya. Entah dengan cara gaib kembali atau cara paksa yang lebih berbahaya. Cara manusia lebih berbahaya ketika memaksakan kehendak ketimbang cara lainnya.

“Sebenarnya, mimpi kamu sebuah petunjuk firasat, Amora. Kamu bisa menolong cucuku. Kusma sebenarnya dalam bahaya, Amora. Setiap saat dia selalu dalam bahaya sejak dia masih kecil hingga saat ini. Bukan karena kami punya musuh. Itu dikarenakan cucuku punya darah istimewa yang mengincarnya. Entah kamu mau percaya atau tidak. Eyang harap, jika suatu hari terjadi sesuatu padaku. Eyang minta kamu agar terus menjaga Kusma,” terang Bu Titik panjang lebar.

Mendengar penuturan Eyang Titik, Amora terpaku dan keresahan menjalar setiap jengkal pembuluh darahnya. Mengapa Kusma harus mendapatkan bahaya?

“Benarkah itu Eyang? Mengapa baru sekarang cerita? Padahal Eyang tahu sejak lama. Apakah Kusma tahu tentang ini?” tanya Amora gelisah.

Bu Titik menelan ludah dan menggeleng. Kedua matanya berkaca-kaca merasa sangat menyesal, mengapa dia tidak pernah berterus terang sejak lama pada kedua cucunya ini yang selalu mempercayakannya sebagai orang tua paling dihormati?

“Maafkan, Eyang, Amora,” ucap Bu Titik menyesal dan memegang kedua lengan gadis itu untuk meyakinkan bahwa dia menyesal.

Lihat selengkapnya