Bulan Madu Pengantin

Rosi Ochiemuh
Chapter #23

Perkenalan Tak Terduga


Sekarang dia tersenyum, dan wajah cantik itu mulai menarik perhatian untuk menggoda pemuda di hadapannya. 

"Kusma, silakan duduk. Kamu tepat waktu datang ke kantor ini," sapa Luna, sebelah matanya mengerling tanpa sengaja sambil menjulurkan tangan untuk bersalaman. 

Pemuda pun membalas jabatan tangan atasannya dan duduk di kursi yang telah tersedia. Lantas sesi wawancara kerja dimulai. Pertanyaan dari atasannya dijawab lancar saat sesi wawancara kerja oleh Kusma.

Sampai pertanyaan terakhir. Pemuda itu merasa heran dengan sesi tanya jawab yang diajukan oleh atasannya sangat mudah. Bukan bertanya tentang bidang kerja yang akan dikerjakan Kusma. Namun, tanya jawab tentang hobi dan pribadi yang untungnya bukan yang privasi, masih umum.

"Silakan kamu duduk di meja kerjamu," ujar Luna menunjukkan letak meja kerja Kusma yang berada tetap di samping ruangannya.

Kusma terhenyak, melihat posisi meja kerjanya yang berbeda dari yang lain. Aneh, tapi pemuda itu berpikir positif lagi. Siapa tahu memang posisi meja itu pegawainya sudah lama tidak bekerja, atau meja itu sudah lama kosong.

"Iya, Bu. Jadi, saya pekerjaannya di bagian administrasi pemasaran atau di bagian lain?" ucap Kusma bertanya, sembari mengamati meja kerja yang lebih bagus dari meja kerja pegawai lainnya.

"Iya. Kamu kerja dibagian administrasi pemasaran. Nanti akan dibimbing sistem management kantor ini oleh senior di sini. Pak Kendy," jawab Luna.

"Pak Kendy, bisa kemari sebentar. Pegawai baru ini belum paham manajemen kerja di kantor kita. Jadi, saya minta Bapak mengajari dan membimbingnya," pinta Luna selanjutnya sambil menunjukkan keberadaan Kusma sebagai pegawai baru kepada Pak Kendy.

"Siap, Bu! Saya akan melakukan yang Ibu Luna perintahkan. Saya yakin, pegawai baru kita cepat beradaptasi di kantor ini," jawab Pak Kendy.

Senyum Pak Kendy nampak khas dan hangat kala menjawab permintaan Luna. Kusma merasa Pak Kendy bukan pegawai lama saja, dia mungkin sudah jadi orang terpercaya. Bu Luna meninggalkan ruang kerja dan kembali ke dalam ruangannya. Senyum mengembang, dan hari ini dia harus membuktikan sendiri kepribadian pemuda itu. Apakah memang istimewa karena darahnya sangat didambakan oleh Renata? Atau bosnya itu hanya menginginkan balas dendam saja. Rupanya pemuda itu memang sudah menikah dengan pilihan neneknya. Dia tidak punya lagi orangtua dan rasanya aneh saja jika Renata masih mengincar pemuda tampan ini.

Sayang sebenarnya untuk dikorbankan, pikir Luna. Lebih baik dijadikan teman atau kekasih, atau budak cinta, misalkan daripada harus mati dikorbankan. Renata mungkin sudah lama tidak waras, pikir Luna lagi. Namun sayangnya, Luna masih butuh harta Renata.

Pemuda itu masih bersama Pak Kendy. Hari pertama dia bekerja di kantor pemasaran sebagai administrasi, ternyata pekerjaannya tidak begitu sulit. Kusma cepat paham tata cara dan manajemen di kantor itu. Semua hampir sama dengan cara dia bekerja di sekolah SMP dulu sebagai administrasi perpustakaan dan Guru.

Lihat selengkapnya