Makhluk itu mendekat sejengkal dari langkahnya. Bu Titik tidak berani untuk melihat langsung sosok itu. Kakinya melangkah mundur ke belakang selangkah, selangkah, sampai tubuhnya sebagian menabrak meja rias. Lalu dia berhenti di situ, tangannya meraba meja tapi kedua matanya menunduk takut.
Suara geraman makhluk itu makin dekat. Handphonenya bersuara, lantas Bu Titik spontan meraih dan menekan tombol jawab tanpa melihat lagi siapa yang menelepon. Namun, perempuan tua itu hanya diam mendengar, dengus napasnya tidak beraturan, tersengal-sengal bersamaan dengan lantunan dzikir yang mulai sembarangan.
“Assalamualaikum. Mbak Titik! Aku Wito. Jangan gegabah bertindak. Diam di sana. Nyalakan speakernya, Mbak. Aku akan membantu mengusir makhluk itu dari sini!”
Bu Titik terperanjat sesaat, karena berpikir dari mana adik iparnya itu tahu jika dia sedang dalam bahaya? Setelah tersadar, dia lalu segera melakukan apa yang disuruh adik iparnya. Dua langkah sudah makhluk itu dari hadapannya. Jantungnya serasa mau copot, tak terasa sudah tiga kali dia menelan ludahnya sendiri tidak kuat melihat sesuatu yang menakutkan itu.
Speakernya menyala, langsung terdengar lantunan dzikir dan doa semacam ayat-ayat untuk ruqyah dari suara Pak Wito. Keras, tegas, dan terdengar jelas. Dicondongkan handphone itu ke depan makhluk yang ada di depannya dengan tangan gemetar.
“Allahu Akbar!” teriak Bu Titik.
Bibirnya sembari mengikuti lantunan suara adik iparnya itu untuk mengusir makhluk astral entah dari mana berasal yang dikirim ke rumahnya.
Sosok di depannya tidak beranjak maju, hanya menggeram dan bergeliat, mungkin merasakan efek dari lantunan suara doa dan dzikir Pak Wit. Tenaga Bu Titik seolah didorong oleh kekuatan tak kasat mata di depannya. Namun, dia tetap berdiri tegak meski gemetar kaki dan tangannya.
Suhu ruangan terasa berbenturan, beberapa benda kecil di belakang meja rias terjatuh seperti digetarkan oleh mejanya. Angin datang dari kisi jendela dan seperti badai meniupkan pintu kamar perempuan tua itu, dengan keras terbanting sendiri. Bu Titik sedikit kaget. Ya Allah, tolong bantu hamba mengusir makhluk buruk ini, gumam Bu Titik berkali-kali.
Makhluk di hadapannya makin keras menggeram, merasakan panas, bau sengak menguar darinya. Bu Titik makin mengeraskan doa dan dzikir. Pintu kamarnya terbuka lagi seolah ada angin dari luar yang menghantam hingga bisa terbanting pintunya terbuka.
Tubuh perempuan tua itu semakin lemas saja, akhirnya pintu kamar itu tertutup lagi dengan suara lebih keras. Handphone perempuan itu ikut terjatuh ke lantai bersama pemiliknya.
***
“Ada apa, Kusma? Tiba-tiba kamu tadi mengigau memanggil Eyang, lalu badan kamu dingin semua?” ujar Amora panik, karena cemas melihat suaminya terbangun dari tidur dengan keadaan yang aneh.