"Sini, tendang bolanya! Bosen ah masa' mainan rubik terus." Seorang bocah laki-laki memberenggut tak suka saat kembarannya mengabaikan bola yang sengaja ia tendang. Kembarannya itu masih asyik saja bermain rubik 3×3 yang menurutnya membosankan.
Mendadak raut muka bocah tadi cerah, senyum ceria terpatri di wajahnya. Ia berjalan menghampiri bocah perempuan yang berumur sekitar 2 tahun di pangkuan bundanya.
"Bunda, Abang mau ajak Asa main bola, boleh?" Sorot penuh harap terpatri di bola matanya.
Wanita paruh baya yang bernama Fina itupun terkekeh. "Emang Oza ga mau?"
Seketika senyum anak itu luntur. Ia menunduk, memegang bolanya erat. "Ozi udah bujuk-bujuk Oza, Bun. Oza ga mau main sama Ozi. Oza sibuk main rubik!" Ucap Ozi sembari menujuk Oza yang masih asyik memutar-mutar rubik.
Oza sedang duduk di bawah pohon mangga sembari menekuk salah satu kakinya. Sedangkan kaki satunya ia selonjorkan. Fina beserta ketiga anaknya sedang bersantai di taman kompleks sembari menunggu suaminya yang sebentar lagi pulang.
Fina terkekeh, pandangannya menunduk memperhatikan Asa yang bergelendot manja di lengannya. "Asa main sama Bangzi, mau?"
"Ndak au," ucapnya santai.
"Hissss, Asa sama Oza sama aja! Ozi mau pulang, udah nggak mud main!"