Sudah berapa banyak air mata yang harus Maudi tumpahkan di tahun ini, rasanya semua langkah yang dia pijak selama tahun ini mengandung serpihan kaca yang selalu siap membuatnya terluka. Lagi dan lagi untuk kesekian kalinya Maudi terbangun pada jam dua dini hari, dengan kondisi yang menangis sesegukan. Bukan karena mimpi buruk, tetapi hal yang jauh lebih buruk dari mimpi buruk.
Sudah berapa pekan ini gadis itu memang selalu terbangun pada jam dua dini hari, dengan kondisi yang cukup mengenaskan seperti saat ini, rambut singa yang acak-acakan, hidung yang tersumbat karena habis menangis, air mata yang mengering di pipi, bahkan kantung mata yang kian hari kian menghitam. Ketika gadis itu berkaca dia melihat dirinya yang seperti zombie dengan badan yang semakin kurus karena nyatanya dalam satu bulan ini dia sudah banyak kehilangan berat badannya. Tapi tak apa, setidaknya gadis itu tidak perlu melakukan program diet untuk kehilangan berat badannya.
Setelah sepenuhnya sadar dari pusing yang dia alami, satu-satunya hal yang langsung dia lakukan adalah membuka ponselnya, melihat berbagai hal yang ada di sosial media, menjelajahi berbagai aplikasi yang ada, dengan pikiran yang masih melayang ke hal-hal yang beberapa bulan ini bercokol dipikirannya.
Baru saja gadis itu membuka whatsapp, hal yang selama ini dia hindari ternyata menjadi notifikasi paling atas di sana. Tapi mau tak mau rasa penasarannya jauh lebih besar dari ketakutannya, alhasil gadis itupun membuka notifikasi tersebut dan terpampang jelas di sana undangan pernikahan seseorang yang pernah menjadi kekasihnya selama dua tahun terakhir ini, bahkan sepertinya mereka belum benar-benar mengakhiri semuanya secara jelas. Di undangan itu tertulis jelas nama pria tersebut dan seseorang yang merupkan pilihan orang tua pria itu. Melihat ponselnya dengan helaan nafas yang kian berat, membuat gadis itu tak sadar ternyata air matanya lagi dan lagi terus berjatuhan, rasanya sesak dan dia hanya bisa memeluk dirinya sendiri.
Dua tahun lalu Maudi bertemu dengan seseorang bernama Zian Alatas, dia adalah kakak tingkatnya disalah satu kepanitiaan yang gadis itu ikuti selama kuliah. Setelah kepanitiaan itu berakhir, dia dan beberapa orang disana sering kali berkumpul untuk sekedar nongkrong bersama termasuk di dalamnya ada Maudi dan Zian. Sejak saat itu mereka menjadi dekat, dan memutuskan untuk berpacaran. Dua tahun hubungannya dan Mas Zian baik-baik saja, bahkan Maudi merasa Zian adalah satu-satunya pria yang bisa meruntuhkan semua egonya, jika ditanya siapakah lelaki paling sempurna yang pernah gadis itu temui, maka Maudi akan menjawab dengan lantang Zian lah orangnya, tetapi itu jawab Maudi beberapa bulan lalu. Sebelum dia tahu fakta bahwa terdapat jurang pemisah yang sangat besar menghadang hubungannya dan Zain.
Maudi Bestari Putri adalah seorang mahasiswa rantau asal Jawa Barat, sedangkan Zian adalah seorang Alatas, dia adalah pria asal Semarang yang memiliki keturunan dan darah Arab yang cukup kental. Kebudayaan di keluarganya yang masih cukup kental, nyatanya menjadi penghalang yang besar bagi hubungan Maudi dan Zian. Keluarga Zian masih menganut sistem perjodohan, dan itupun berlaku termasuk untuk Zian. Hubungan mereka terpaksa harus kandas karena ditentang keluarga Zian. Jujur Maudi masih sangat mencintai dan menyayangi Zian. Tetapi dia tak bisa berbuat banyak, semua keputusan tetap ada ditangan Zian, apakah dia ingin terus berjuang atau pasrah dengan tradisi keluarganya. Dan pada akhirnya seorang Zian tak pernah berani menentang keputusan keluarganya terutama keputusan sang Abi, maka yang bisa Maudi lakukan sekarang adalah pasrah.
Hari ini adalah tepat enam bulan sejak Zian memberitahu Maudi tentang tradisi perjodohan yang ada dikeluarganya, dan tepat satu bulan sejak Zian memberitahukannya bahawa dia akan segera menikah. Enam bulan lalu, Maudi pikir mereka bisa sedikit demi sedikit merubah cara pandang keluarga Zian tentang perjodohan tersebut, nyatanya tidak. Satu bulan lalu secara mendadak Zian seperti memberinya bom waktu, membuat Maudi seperti kehilangan rotasi yang selama ini tanpa sadar selalu ia buat untuk berada di sekitar Zian, dan sejak saat itu Maudi tak pernah membiarkan dirinya bertemu dengan orang-orang yang berada di lingkungan yang sama dengannya dan Zian.
Sebulan ini Maudi banyak mengurung diri di kosnya, bahkan sering kali dia menolak ajakan teman-temannya untuk pergi keluar, jujur gadis itu takut dengan pertanyaan teman-temannya terkait kabar Zian yang akan menikah. Maudi sadar bahwa mereka pun akan tahu tentang kabar tersebut, karena walau pun sudah menjadi seorang alumni, Zian adalah orang yang cukup dikenal dikalangan mahasiswa maupun dosen, termasuk tentang kisah asmara mereka yang sudah menjadi rahasia umum. Walaupun sebulan ini Maudi mengurung diri, bukan berarti bahwa dia tidak pergi keman-mana, gadis itu tetap pergi ke kampus sesekali untuk melakukan bimbingan skripsi dengan dosennya, tetapi setelah bimbingan selesai dia tak pernah berniat untuk nongkrong di kampus lebih lama seperti biasa.
Sebulan ini kondisi tubuh dan mental Maudi memang cukup buruk karena masalahnya dengan Zian, Maudi tidak tahu akan seterpuruk apalagi dia, setelah dia melihat surat undangan sudah tersebar melalui grup tongkrongan mereka. Semua seolah memperjelas kenyataan bahwa dirinya dan Zian memang sudah tidak memiliki harapan untuk bersama.
Dari sekian banyak notifiksi teratasnya, terdapat dua notifikasi lain yang cukup menyita perhatian gadis itu, yang pertama adalah notifikasi dari Andi, salah satu temannya yang berada di lingkungan pertemanan yang sama dengannya dan juga Zian, sekilas Maudi melihat dari bubble notification bahwa Andi bertanya apakah gadis itu baik-baik saja atau tidak. Baik-baik disini pasti maksudnya adalah masalah undangan itu. Dari semua teman yang ada di grup tersebut, Andi memang satu-satunya orang yang cukup khawatir dengan kondisi Maudi saat ini. Notifikasi ke dua yang cukup menyita perhatian Maudi adalah pesan dari Indri yaitu sahabatnya sejak SMA. Selama enam bulan ini, Maudi tak pernah berhenti bertukar kabar dan menceritakan berbagai hal yang dia rasakan kepada sahabatnya itu, dia adalah satu-satunya manusia yang menjadi tempat sampah bagi Maudi selama ini, dan karena itu juga lah sahabatnya itu selalu menanyakan kabar Maudi hampir setiap malam.
Indri