Bumbu Pecel Terakhir Nenek

Veron Fang
Chapter #30

Uang Jajan dari Nenek

Keesokan harinya, dua hari berikutnya, sampai tiga hari berikutnya. Idhang tidak datang ke rumah. Rakan bosan. Mainan yang biasa yang dirinya mainkan bersama Idhang sudah tidak menarik perhatiannya.

Teman-teman yang lain juga sudah mulai sekolah. Tahun ajaran baru telah dimulai. Libur panjang telah usai.

“Mungkin Idhang juga sudah sekolah juga ya? Sepertinya dia marah sekali padaku.” Rakan lesu. Saat ini dia berbaring di gazebo depan. Cuaca belum terlalu panas, masih jam sembilan pagi. Hembusan angin dan udara segara di kampung hampir membuatnya mengantuk.

Ari, anak kedua Bu Leila berjalan melewatinya. Rakan bangkit berdiri.

“Bang, kenal Idhang tidak?”

Ari menggaruk kepala bagian belakangnya dengan suatu benda. Kapak. Eh, beneran kapak.

Astaga, ekstrim benar alat garuknya.

Idhang? Sapa Idhang?”

“Idhang! Anak kampung sini! Rumahnya dimana ya?” Rakat bicara nge-gas. Taraf kebosanannya sudah sampai puncak tertinggi.

“Tak tahu aku. Tak pernah dengar namanya. Udah ya, mau cari kayu bakar.”

“Eh, aku ikut boleh?”

“Nggak. Kamu nanti buat repot saja.” Ari melengos pergi.

“Iih, pelit!”  teriaknya.

Ari mengejeknya dengan menjulurkan lidah.

Seandainya aku tahu rumah Idhang dimana. Aku akan ke rumahnya. Dia terlalu pendiam sih.

“Ah, bosan. Lapar,” gerutunya. Ia kembali berbaring.

Ia tertidur sampai sore tiba. Nyenyak sekali. Ia bangun saat Nenek pulang. Nenek membangunkannya.

“Nek, udah mau tidur belum Nek? Rakan ngantuk.” Rakan duduk di kursi dapur. Kepalanya mengangguk-ngangguk. Mungkin saja ia sudah sempat tertidur beberapa menit. Suara jangkrik dan cacing malam hari ini tidak terlalu berisik.

“Iya, Le. Sebentar lagi. Nenek lagi siapkan barang untuk jualan besok. Kenapa nggak coba tidur sendiri? Kemarin-kemarin juga begitu,” goda Nenek.

“Nggak ah, Nek! Aku takut hantu. Aku mau tidur tenang. Pokoknya Nenek jangan tidur dulu sebelum aku tertidur ya! Jangan kayak kemarin.”

“Iya-iya, Le. Ayo, tidur!”

Rakan berjalan terlebih dahulu ke kamarnya. Nenek menyusul di belakangnya. Rakan tidur membelakangi Nenek. Aroma sirih dari badan Nenek membuatnya terganggu. Nenek mengipasinya dengan sebuah kipas bambu. Mengusir nyamuk dan membuat udara sekitar lebih dingin.

Lihat selengkapnya