Bumbu Pecel Terakhir Nenek

Veron Fang
Chapter #31

Mengapa Nenek Miskin?

Rakan bangun lebih pagi. Jam empat subuh. Selama ini ia bangun saat jam menunjukkan pukul enam pagi. Saat matahari sudah menyapa makhluk hidup.

“Nenek, aku ikut ke pasar lagi ya!”

“Boleh, Le.”

Walaupun ia masih sedikit kecewa tidak bisa sekolah, tetapi dengan membantu Nenek bisa mendapatkan uang jajan dan jajan sepuas hati. Siapa yang bisa nolak. Nenek senang-senang aja karena ia tak perlu sendirian lagi. Ada cucunya yang menemaninya.

Benar saja dugaan Rakan. Setelah ada seorang pembeli yang membeli pecel. Nenek memberikan selembar uang seribu rupiah kepadanya. Ia berlari ke arah warung kemarin, tetapi makanan ringan incarannya sudah habis terjual. Padahal itu harganya yang paling pas dengan uang seribunya. Ia berjalan pelan. Melihat sekitar, siapa tahu ada penjual lain yang juga menjual makanan ringan yang sama.

Saat asyiknya menatap sekitar, matanya menangkap sebuah mainan karakter pahlawan yang ia sukai. Tergantung di suatu toko mainan. Ia berlari mendekati toko itu. Pahlawannya ada banyak, tetapi karakter pahlawan yang ia sukai, yang berwarna merah hanya ada beberapa yang tergantung disana.

“Kak, mau pahlawan merah. Ini uangnya.” Rakan menyodorkan uang seribu yang sudah lecek. Digenggamnya tadi kuat-kuat. Takut terjatuh.

Abang penjaga toko yang awalnya senang, kemudian mengerutkan wajahnya.

“Maaf, dek. Uang kamu tidak cukup. Harga mainan ini Rp 60.000,-”

Rp 60.000? Jika Nenek kasih aku seribu rupiah per hari. Butuh 60 hari untuk mengumpulkannya. Lama banget.

Rakan berlari menuju ke tempat Nenek. Ia menangis. Sudah tidak dapat makanan ringan kesukaannya, sekarang ia harus kecewa tidak bisa membeli mainan incarannya.

Padahal dulu saat Mama dan Papa belum pisah, mainan apapun aku bisa dapat. Kenapa sekarang susah sekali? Malang sekali nasibku.

“Kenapa, Le? Kenapa menangis?” Nenek duduk di samping Rakan, mengelus kepalanya. 

“Uangku tidak cukup beli pahlawan merah, nek!”

Nenek agak bingung. Pahlawan merah? Mainan.

“Ya udah, doakan semoga dagangan Nenek laris ya. Nanti kita beli pahlawan merah itu kalau sudah ada uangnya.”

Rakan mengangguk.

Besoknya ia sengaja melewati toko mainan itu lagi. Karakter pahlawan merah masih ada disana. Disimpan dalam kantong plastik transparan dan tergantung dengan tali rafia.

Lihat selengkapnya