Bumi Para Pembelit

Noor Cholis Hakim
Chapter #2

Seni Terindah

Februari 1968.

Gedung Lelang Seni, Inggris.

Seorang pria paruh baya tengah bersandar pada dinding lorong dekat ruangan yang akan ia masuki. Lelaki itu masih berkomunikasi dengan seseorang di ujung sana, lewat telepon umum yang tertempel pada dinding tersebut.

“Iya, kamu jaga diri juga, ya. Kangmas bakal pulang setelah lelang ini usai, tepat sebelum lahiranmu, Dik,” ujar pria itu pada orang di ujung sana, istrinya.

Sang istri tersipu, “Baiklah, Mas. Nggak lama lagi anak ini bakal lahir, Mas. Kita kasih nama siapa, ya?”

Pertanyaan yang terlontar dari wanita tersebut membuat pria ini memutar otak, “Em … Kita pikirkan setelah Kangmas udah tiba di kampung lagi, ya. Nah, Kangmas, sih, maunya di bagian paling belakang ada nama ‘Cakrawala.’ Gimana?”

Wanita di ujung sana membuat anggukan mantap, “Setuju, Mas! Asal Kangmas segera pulang, ya. Banyak orang kampung di sini yang sudah mencari sang tokoh adat, Bapak Abimana.”

“Baik, Dik Sri,” jawabnya singkat. Lelaki itu bernama Abimana Bhagawanta Djani, salah seorang tokoh adat yang menunjukkan ketertarikan di bidang seni rupa. Menjadi pebisnis sekaligus kolektor barang-barang yang ia dapat dari lelang di beberapa negara.

Telepon ditutup. Abimana mengkaitkan gagang telepon pada tempatnya yang tertempel di dinding. Kemudian masuk dengan membawa tas hitamnya.

***

Ruang Lelang.

“Untuk karya seni dari pelukis ternama, Robert Van Ginsong. Kami mulai dari harga terendah seribu dollar. Adakah yang mau menawar?” tukas seorang lelaki yang memimpin acara tersebut dalam bahasa Inggris.

Seorang anak muda yang duduk di barisan terdepan memulai tawar-menawar dengan mengangkat papan kecil miliknya ke atas. Sontak beberapa orang yang berminat dengan karya lukis tersebut sahut-menyahut mengangkat papan nomer milik mereka, hingga pada akhirnya seorang wanita dengan penawaran tertinggi, yakni dua ribu dollar, mendapatkan karya lukis tersebut.

Abimana kurang berminat dengan karya tersebut. Lelaki itu mengalihkan pandangan pada wanita kaya yang berhasil mendapatkan karya lukis tersebut, ternyata ada di sampingnya persis.

Lihat selengkapnya