Perusahaan Surat Kabar Gemintang.
Laras masih termenung di kantin perusahaan, ditemani dengan pria yang sama, Alberto. Sesekali ia menyantap hidangan makan siang di meja.
“Alberto, sebenarnya berapa, sih, umurmu? Dengar-dengar kau sudah kepala tiga. Tapi, kulihat tidak,” tanya Laras.
Alberto tersedak mendengar pertanyaan itu.
“Lancang! Mengapa kau menanyakan hal semacam itu kala aku makan? Eh tapi, nggak masalah, sih. Itu artinya aku awet muda, kan?” pekik Alberto.
Laras menyeringai, “Idih.”
“Rumor itu benar, Ras. Aku udah tiga puluh dua tahun. Beberapa hari dekat ini aku bakalan ulang tahun, hehehe … Sekadar ngasih info aja, sih,” Pria itu menggaruk tekuk lehernya.
Ponsel Laras berbunyi singkat, tanda ada pesan masuk. Gadis itu membukanya. Beberapa detik selepas matanya bergerak dari atas ke bawah kemudian kembali lagi untuk membaca cepat pesan itu.
“Kenapa, Ras? Ada masalah, kah?” tanya Alberto yang melihat raut wajah Laras berubah dengan cepat.
Laras terdiam sejenak, kemudian menatap pria itu dengan tatapan murung, “Rentenir mengajukan tenggat pembayaran hutang Ayah, Al. Sekarang aku bingung harus gimana?”
Alberto memutar otaknya, “Bukannya aku mau ngerendahin atau pun ngeremehin kamu, Ras. Tapi, mungkin aku bisa bantu, kah?”
Laras sontak menggelengkan kepala, “Ah, jangan! Aku nggak mau malahan. Gadis di hadapanmu ini masih bisa berjuang, kok. Tenang aja!”
“Tapi …” tukas Laras.
Alberto penasaran, “Tapi apa, Ras?”