Bumi Para Pembelit

Noor Cholis Hakim
Chapter #30

Utang Diri

Maret, 2019.

Keesokan harinya, tepat sebelum fajar di rumah kampung.

“Buk, Laras berangkat dulu, ya. Sampaikan salam Laras ke Nawang, hari ini dia berangkat ke Inggris, kan?” Laras mengenakan sepatu hak tingginya di ambang pintu rumah.

Anjani berdiri di belakangnya, membuat gerakan mengangguk untuk mengabulkan permintaan Laras.

“Ngapain harus Ibuk yang nyampain, Kak?” Seorang gadis dengan muka bantal, berjalan menuju ke ruang tamu.

“Nawang?” sapa Anjani.

Gadis itu mengucek kedua matanya, rasa kantuk nampak masih menyelimuti. “Kenapa bangun pagi banget, Wang?” tanya Laras sembari menoleh ke sumber suara yang tiba-tiba nimbrung ke pembicaraan.

“Emang, Kak Laras, nggak bakal kangen sama Nawang?” Nawang mendekat kepada Laras.

Laras tersenyum. Hari ini, ia mengenakan setelan jas wanita, karena ini akan menjadi kali pertamanya mengurus tugas khusus dari Wakil Direktur.

“Hati-hati, ya, Wang. Belajar baik-baik, tapi juga jangan forsir tenagamu. Ingat, kamu juga butuh istirahat! Jangan samakan dirimu dengan robot. Cari teman yang baik di sana, buat kesan dan kebahagiaan yang baik juga. Oke?” tukas Laras.

Nawang mengangguk mantap, “Oke, Kak, siap. Doakan Nawang baik-baik aja, ya, hari ini dan seterusnya.”

Laras tersenyum seraya berdiri memeluk si bontot.

“Berangkat jam berapa kamu, Wang?” tanya Laras.

Nawang melirik jam dinding yang tergantung di ruang tamu, “Masih pukul dua siang nanti, Kak. Hari ini, ada sesuatu yang harus Nawang tuntaskan sebelum pergi.”

Laras mengernyitkan dahi, “Sesuatu apa, Wang?” tanyanya. Pertanyaan itu hanya mendapat senyum misterius dari Nawang.

***

Kemarin malam di kamar Nawang.

Gadis itu tengah berbaring di ranjang sembari memainkan ponselnya. Ada video sharing ilmu yang harus ia unggah malam ini, sesuai janjinya pada para pengikut.

“Selesai,” ujarnya lega selepas melihat bar persentase unggahan penuh.

Nawang bersiap untuk membaca komentar-komentar dari warganet. Ia sudah mulai terbiasa dengan ujaran kebencian dari ratusan warganet dengan dikomando oleh satu pemilik akun yang mengaku sebagai senior SMA Nawang.

Sesuai dugaannya, belum lama setelah mengunggah video, ribuan notifikasi komentar postingan memenuhi bagian atas ponselnya.

Nawang meluangkan waktu untuk membaca beberapa komentar dari warganet.

“Banyak orang membenciku, tetapi tak menutup kemungkinan masih ada secuil yang memberi semangat padaku. Keep fighting, Nawang!” serunya.

Ia mulai membuka kembali akun instagram.

“Sok cantik lu. Padahal kita udah tahu keluarga lo itu sebobrok apa. Ayah seorang penipu dan Ibu seorang pencuri. Lo mau jadi apa, hah? Tinggal tunggu tanggal mainnya aja, guys!” Akun sama dengan beberapa hari lalu, seseorang yang mengaku sebagai mantan senior SMA Nawang.

Ujaran itu membuat Nawang meruntuhkan niat untuk mencari komentar positif dari warganet lainnya. Ekspetasi yang Nawang bangun, seketika runtuh begitu saja.

Sebuah notifikasi kembali masuk, Nawang melihatnya, “Kak Laras?” Ia membaca nama akun ‘@lrs*rd*s_’ yang memberanikan diri membela Nawang dari hujatan para warganet dengan menulis tanggapannya di bawah komentar @jo*da*19**.

“Iri bilang, gan! Nggak semua anak harus sama dengan orang tuanya. Pantas kah jika Anda menilai seseorang hanya karena kesalahan dari kerabatnya? Sama saja dengan mencaci buku, padahal baru membaca kalimat pertamanya. Jika Anda benci pada Nawang, unfoll aja instagram-nya. Nggak usah sok ngurusi hidup orang, hidup Anda aja belum tentu bener!” tegas Laras lewat komentar di instagramnya.

“Eh, lo nggak tahu gue siapa, kan?” balas @jo*da*19**.

Laras membalas dengan sinis, “Nggak tahu dan nggak mau tahu. Otakku perlu banyak ruang untuk mengingat hal yang jauh lebih penting. Untuk apa membuang hal berharga dalam ingatan hanya untuk memberi kapasitas lebih pada hal-hal yang menyakitkan.”

Lihat selengkapnya