April 2019.
Laras meminjam mobil Alberto. Gadis itu sangat lihai dalam mengendalikan setir mobil, mengatur kecepatan, dan berhenti dengan mulus kala terjebak macet.
Mobil yang dia tunggangi sudah melaju cepat, jalanan lengang pada jam-jam kantor. “Sebentar lagi aku akan sampai,” gumam Laras seraya membanting setir, membuat mobil berbelok ke kanan, masuk ke dalam perkampungan dengan disambut sebuah gapura yang sedikit tak terawat.
Laras menjulurkan leher keluar dari jendela mobil, “Apakah benar ini kampung yang dimaksud di artikel tersebut?” tukasnya dengan sedikit lekukan pada kening.
Gadis itu memutuskan untuk turun dari mobil selepas melihat seorang wanita bermain dengan anaknya.
“Permisi, apakah saya boleh bertanya sesuatu, Buk?” tanya Laras sembari mendekat pada wanita yang memegang semangkuk bubur untuk menyuapi anaknya.
Wanita itu menyambut ramah kehadiran Laras, “Oh iya, Mbak. Silakan!”
“Em … Apakah di kampung ini tempat praktik Nirmala dibuka?” Laras menimpali sambutan ramah dari wanita itu.
“Iya, benar, Mbak. Namun, praktik tersebut ilegal. Penduduk di sini baru tahu selepas pihak berwenang menangkap pelakunya, Nirmala. Mbak mau ngelakuin aborsi?” jawab wanita tersebut dengan polosnya.
Laras menyangkal, “Ah? Tidak! Saya dari redaksi Perusahaan Surat Kabar Gemintang hendak melakukan penyelidikan ke rumah tahanan yang bersangkutan. Bisa tolong jelaskan di mana letak rumahnya?”
Lawan bicara Laras itu mengangguk seraya mencondong bulatkan bibirnya, “Rumah Nirmala ada di tempat paling dalam dari kampung ini. Sedikit gelap, sih, Mbak, meski masih siang bolong, gini. Nanti, Mbak, masuk aja ke sana, ada arah panah yang ngarahin ke rumah beliau dengan tulisan Daerah Rawan, sebab untuk mencegah anak-anak kecil bermain di tempat tersebut.
Lahan beliau paling luas, tetapi rumahnya kecil, sehingga membuatnya nampak menyembunyikan diri dari pemukiman masyarakat lainnya. Ada sebuah pohon beringin yang berdiri di depan rumah tersebut.”
Laras mengangguk paham, “Baiklah. Tetapi, apakah benar beliau pernah terlibat dalam seni peran atau akting sejenisnya?”
Wanita itu manggut-manggut dengan sedikit tidak yakin, “Em … Kemungkinan begitu, Mbak. Saya sedikit kurang tahu mengenai informasi pribadi dari Nirmala, sebab dia menyembunyikan dirinya dari masyarakat luar.”
“Oh … Saya rasa cukup untuk informasi dari Ibuk. Terima kasih, ya. Semoga sehat selalu untuk Ibuk dan anaknya,” ujar Laras seraya menunduk hormat.
Wanita itu terkekeh, “Ini bukan anak saya, Mbak. Mungkin banyak orang mengira ini anak kandung saya. Tetapi, sekarang sudah banyak kita temui seseorang yang mengasuh anak orang lain.”
Laras mencondong bulatkan bibirnya. “Baiklah, saya pergi dulu.” Gadis itu segera masuk ke dalam mobil, lalu menginjak gas dan melewati wanita di pinggir jalan tersebut.