April 2019.
Rumah Sakit, beberapa jam selepas Laras mendapat telepon dari Anjasmara.
Laras segera turun dari mobil dan bergegas menuju ke meja resepsionis. “Mbak, permisi, pasien bernama Anjani dirawat di ruangan mana, ya?” tanya Laras kepada salah satu suster di balik meja tersebut.
Wanita itu segera mengecek daftar pasien pada komputer.
“Pasien masih dalam perjalanan ke mari, Mbak. Beliau dilarikan oleh rumah sakit setempat ke rumah sakit ini karena harus dilakukan diagnosis lebih lanjut. Sesuai perkiraan, beliau akan datang sebentar lagi dengan ambulans dan akan langsung diarahkan ke IGD,” ujar wanita berseragam suster tersebut.
Laras menyibak rambutnya. Pikiran gadis itu sudah sangat terbebani. “Huft … Apakah aku akan gila di usia muda?” gumamnya pelan.
“Ada apa, Mbak?” tanya suster tersebut sebab sekilas mendengar ucapan Laras yang lirih.
Laras menggelengkan kepala. “Baiklah. Terima kasih, ya, Mbak. Saya akan duduk di kursi tunggu,” ucap Laras seraya melangkah mundur ke kursi belakangnya.
Suster tersebut mengangguk dan tersenyum.
Belum satu menit Laras merebahkan punggungnya di sandaran kursi. Seorang pasien yang dibaringkan di atas stretcher masuk melewati ambang pintu rumah sakit. Nampak Anjasmara berlari di samping para dokter turut mendorong stretcher dengan pasien di atasnya tersebut.
Laras segera bangkit, “Ibuk?”
Gadis itu dengan sigap berlari ke samping Anjasmara. Kedua bola matanya menangkap sang Ibu yang sudah terbaring lemah dengan perban di kepalanya.
“Ibuk, bangun, Buk!” seru Laras sembari melangkah stabil berdampingan dengan Anjani yang berbaring di atas stretcher.
“Ibuk, bangun! Tolong dengarkan Laras, Buk! Laras nggak mau kehilangan Ibuk. Banyak hal yang mau Laras tanyakan ke Ibuk, tetapi kalau kondisi Ibuk kayak gini, gimana sama Laras? Laras belum mampu mengasuh dua adik sendirian, Buk,” Laras terus mengucurkan tangis dari pelupuk mata.
Anjasmara mencoba menenangkan gadis di depannya. “Tenang, Kak. Ibuk akan siuman, kok. Kita tunggu di sini,” ajak Anjasmara selepas para dokter memasukkan Anjani ke dalam ruangan IGD.
Mereka tidak diperkenankan masuk selama pasien menjalani pemeriksaan di IGD.
“Anjas, gimana ini, Njas?” Laras menatap Anjasmara pasrah.
Lelaki itu memeluk sang Kakak. “Nggak apa-apa, Kak. Kita doakan Ibuk baik-baik aja.”
“Anjas udah kabarin Nawang dan minta dia untuk tenang,” tukas Anjasmara.
Mereka duduk di bangku yang berjajar panjang ke samping di depan ruang IGD.
Anjasmara merangkul Laras, membiarkan kepala gadis itu bersandar di pundaknya. “Mengapa aku dipeluk banyak lelaki hari ini?” ujar Laras lirih.