April 2019.
Rumah Sakit.
“Ibuk, obat Ibuk sudah datang,” ujar Laras seraya berdiri di samping ranjang Anjani membawa seorang lelaki berkemeja hitam di belakangnya.
Anjani memandang ke langit-langit ruangan dengan tatapan kosong.
“Duduklah di samping Ibuk, Kak Joko!” pintah Anjasmara. Lelaki itu sudah menerima kehadiran Joko Berjo dalam keluarganya.
Joko segera mengambil posisi duduk di kursi yang diletakkan di samping ranjang Anjani. Lelaki itu meraih tangan Anjani yang tergeletak di atas ranjang.
“Buk, ini Joko, Buk! Anak sulung Ibuk udah pulang. Maafin Joko yang sering buat Ibuk khawatir. Maafin Joko yang nggak pernah sama sekali menampakkan diri ke Ibuk dan Ayah. Joko menyesal harus menjadi alasan kebangkrutan Ayah.
Maaf jika dahulu Joko lebih mendengarkan ucapan orang lain soal Ayah dan Ibuk tanpa tahu lebih dulu. Aku terlambat sadar, tetapi membiarkan cinta terlebih dahulu pudar. Maafin Joko, Buk!” Joko menangis, menyembunyikan wajahnya di bagian ranjang yang tak terisi oleh tubuh Anjani. Berkali-kali pria itu mencium tangan Anjani yang ia pegang erat-erat.
“Jo … Joko. Nak Joko, Ibuk yang seharusnya minta maaf ke Nak Joko,” tukas Anjani. Suaranya lirih. Wanita itu mengalihkan pandangannya dari langit-langit ruangan, menatap wajah manis anak lelaki bungsunya yang nyaris sempurna dalam setelan kemeja hijau.