April 2019.
Universitas Oxford, Inggris.
Seorang gadis bangun lebih awal hari itu. Dia hendak menata beberapa barang bawaan di koper yang tidak memiliki tempat cukup di lemari asrama.
“Aku harus menata lebih dulu barang-barang di koper sebelum kelas dimulai,” gumam gadis tersebut.
Dia adalah Nawang.
Nawang melangkah menuju ke depan cermin meja rias, menatap pantulan dirinya di benda bening tersebut. Gadis itu meraih karet yang tergeletak di atas meja rias, lalu dikuncir rapi rambut panjangnya naik ke belakang.
Sejurus kemudian, gadis itu sudah membuka tas kopernya kembali. Ada sebuah bagian yang menonjol dari salah satu kantung besar pada penutup koper. Nawang membukanya.
Sebuah buku dongeng karya terakhir dari Penulis Cempaka ternyata terbawa pada kopernya.
Gadis itu terpikat dengan ilustrasi sampul buku tersebut.
“Badut Tebal Muka,” gumam Laras membaca satu kalimat yang terletak pada sampul.
Nawang mengurungkan niat sejenak untuk membaca buku dongeng di tangannya sekaligus menjernihkan pikiran di pagi hari.
“Baiklah, Badut, jangan buat aku kecewa dengan ceritamu!”
***
Badut Tebal Muka.
Suatu ketika di sebuah istana megah, hiduplah seorang putri yang merasa kesepian. Gadis kecil kesayangan raja itu hanya bisa melihat dan mendengar tawa anak-anak kampung dari balkon kamarnya. Suara menggelitik itu selalu bertambah kencang ketika seorang badut datang pada mereka.
“AHAHAHA … Tuan Badut, bisakah Anda menceritakan hal lucu lainnya pada kami?” ujar salah seorang bocah lelaki yang tampak sangat terhibur dengan kedatangan sang badut.
Sang badut menatap ke atas, mencoba mencari ide untuk menghibur para anak-anak. Beberapa detik setelahnya, badut itu melakukan sebuah hal yang benar-benar memancing gelagak tawa dari anak-anak di sekitarnya. Dia melakukan pantomim, sesekali menjatuhkan dirinya dan melakukan hal konyol.
Semua anak tampak riang, diikuti suara tawa yang lebih keras dari sang badut.
“Oh, ya, Anak-anak, saya punya satu hal besar untuk kalian di akhir pekan. Mau, kah, kalian bergabung ke acara teater saya di dekat pasar sana?” tawar sang badut sembari memperbaiki napasnya yang tidak karuan karena usai tertawa lebar.
Tawaran dari sang badut disambut dengan mata berbinar oleh anak-anak di sekitarnya. “KAMI MAU, TUAN BADUT!” seru anak-anak kompak.
Keceriaan bisa saja menyelimuti kerajaan kala itu, tetapi ada seorang anak perempuan yang tengah berdiri di balkon istana dengan wajah gusar. Dialah sang Putri.
“HEI!” teriak sang Putri pada badut dan anak-anak di bawahnya.
Lantas semua memalingkan pandangan menuju sang Putri di atas sana. “KALIAN BISA DIAM ATAU TIDAK? SUARA TAWA KALIAN BENAR-BENAR MENGGANGGU SAYA!” bentak sang Putri dengan suara lantang.
Gertakan sang Putri berhasil merenggut kebahagiaan yang terpancar dari anak-anak saat itu. Seolah menggagalkan usaha sang Badut dalam sekejap. Mereka segera pulang ke rumah masing-masing.
Putri tersebut pun turut masuk ke dalam kamarnya, mengambil posisi duduk di depan cermin. Dia menyisir rambut panjangnya yang terurai sembari bergumam, “Mengapa semua orang bisa tersenyum lepas?”
Sebuah ide cemerlang muncul di pikiran sang Putri. Gadis itu segera beranjak dan pergi menuju ruangan penyihir kerajaan. Dia mengetuk pintu sang Penyihir.
“Wahai, Nyonya Penyihir, apakah Anda ada di dalam sana?” sapa sang Putri.
Dalam sekejap pintu di hadapan sang Putri terbuka lebar dengan seorang wanita tua berdiri di baliknya.
“Ada apa Tuan Putri ke mari?” sambut Nyonya Penyihir dengan sopan.
Sang Putri melangkah masuk ke dalam ruangan dan melihat sekitar. Dia tampak mencari sesuatu di ruangan sang Penyihir.
“Apakah ada yang bisa saya bantu, Tuan Putri?” tawar Nyonya Penyihir selepas melihat sorot mata sang Putri yang kebingungan mencari barang.
Tuan Putri segera mengalihkan pandangannya pada sang Penyihir, “Wahai, Nyonya Penyihir, saya tengah mencari sebuah ramuan yang bisa menghilangkan tawa di seluruh penjuru negeri ini. Suara-suara itu hanya membuat telinga saya terusik, Nyonya Penyihir. Bisakah Anda membantu saya?”
Namun, sang Penyihir tidak bisa menangkap maksud dari perkataan sang Putri, “Mengapa Tuan Putri hendak melakukan hal tersebut?”