Air matanya menggenangi sprei hingga tembus ke kasur. Kini bahkan sudah habis, menyisahkan pelupuk mata yang bengkak. Ia sudah lelah menangis seharian. Pintunya yang sedari tadi terkunci, terus diketuk dari luar. Panggilan dari ayahnya.
“Mama ... Mama ...!” panggilnya pilu sambil memeluk bantal.
“Benarkah Papi jahat? Benarkah aku ini anak seorang penjahat?”
Selama hidupnya ia tidak pernah kehilangan kasih sayang seorang Ayah. Ayahnya menghujaninya dengan cinta tanpa batas.
“Tidak mungkin Papi jahat,” katanya dalam hati. "Papi adalah lelaki terbaik. Kalaupun Papi memiliki masa lalu yang kelam, sekarang ia pasti sudah bertobat."
Ketukan itu terus terdengar.