Bumi Pun Tersenyum

Niken Sari
Chapter #13

BAB 13 Mentari Yang Terbenam

Darimana datangnya sebuah pertanyaan itu? Yang tiba-tiba membuat pikiran Andini berubah menjadi kacau balau. Rumit. Pikirnya kalut. Pertanyaan yang selama ini tidak diharap-harapkannya. Dari semua orang, dan kenapa semua orang menanyakan hal itu padanya?

           Sepertinya...

           “Di kampus, siapa orang yang kamu sukai?” wajah ibu asuhnya penuh harap-harap cemas.

           Andini terheran-heran dan kikuk,”Maksudnya? Siapa?”

           “Siapa itu El..Elmo, kalau tidak salah sebut. Apa dia orang yang kau sukai, Andini?”

           “Eh..? Kenapa semua orang membaca buku harianku?!” serunya dengan memonyongkan bibirnya.

           “Kenapa tidak boleh, Nak? Ceritakan pada ibu semuanya, agar bebanmu sedikit ringan. Apa dia itu orang yang kau resahkan setelah menemukan kartu studi itu?”

           Andini mengangguk., “Benar, Bu.”

           “Bagaimana kelanjutannya?”

           Andini menunduk lesu, lalu ia merebahkan tubuhnya di atas kasur.”Entahlah,”

           “Katakan padanya kalau kau suka, lewat surat cinta atau apa saja, karena jika sudah begitu hatimu akan tenang.”

           “Apa iya? Kalau dia tidak suka bagaimana?”

           Pandangnya mengadu sepi, antara rasa ragu dan percaya diri menjadi satu. Resah, sungguh resah. Ia telah dibuat resah.

           “Aku sudah mengenalnya, tapi dia tidak tahu kalau namaku Andini, dia mengenalku sebagai Pelangi.”

           “Pelangi?”

           “Ibu, pastinya tahu aku tidak pernah merasa percaya diri berkenalan dengan orang baru semenjak ospek itu. Semua tahu aku dianggap mereka sebagai orang yang aneh, dan aku takut kalau dulu dia pernah melihatku, gila sejenak.”

           “Dia sudah lupa, katakan sebenarnya. Kalau kau menyukainya.”

           “Kalau dia menolak?”

           “Ada orang lain yang menunggumu di luar, dia selalu menjagamu sejak kau sakit.”

           “Ah, Kak Krisna..., ya aku tahu itu, Bu.”

           “Berjanjilah pada ibu, bahwa apapun keputusannya, kau tak akan pernah menangis lagi.” Ia menggenggam tangan Andini dan dikecupnya. Kasih seorang ibu, yang begitu besar. Terkadang, ia membayangkan apakah ibu kandungnya jika masih hidup juga akan sesayang ini?

           “Seorang pujangga pernah berkata, hidup adalah seperti perjalanan sang malam, semakin cepat ia melangkah, maka semakin dekat ia menjemput pagi. Artinya, sebentar lagi aku mati. Pasti mati.”’

           “Sayang....” wanita tua itu memeluk Andini erat, dan membelai-belai punggungnya yang terbalut piyama namun sangat kentara sekali tonjolan dari tulang punggungnya. Tubuh Andini yang nantinya hari demi hari akan berubah menjadi seperti tengkorak, tulang belulang.

*

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Assalamualaikum...

Elmo,

Ada sebuah kisah yang ingin aku ceritakan padamu, mungkin ini tak lebih bagus dari kepunyaanmu. Tapi semua ini termakhtub dalam kitab suciku. Ya, aku menyebut buku harianku sendiri adalah sebuah kitab suci. Karena di dalamnya berisi kisah-kehidupan yang penuh terjangan dan bahaya.

Pada suatu masa, El...apakah kau dapat menyibak sebuah makna dari bumi tua? Kau pastinya tahu bahwa bumi ini sudah semakin tua, dan Tuhan tak ada beda dengan bumi yang juga menjadi tua. Itupun, jika kita tahu bagaimana rupa Tuhan sebenarnya. Ah. Kenapa Tuhan sangat suka sekali membuat sebuah teka-teki? Jika dia muncul dan menampakkan diri, maka bereslah sudah. Tak ada lagi perbedaan di dunia ini, dan dunia dibuat semakin indah. Jika saja Tuhan itu mau mendekorasi bumi seperti itu,

         Aku tak akan pernah kesepian...

Kisahku kini adalah tentang hari, “Allah menciptakan hari Sabtu sebagai hari besar bagi nabi Musa, dan lima puluh nabi lain yang diutus sezaman dengannya. Hari Ahad sebagai hari besar bagi nabi Isa, dan nabi-nabi lain yang diutus sezaman dengannya. Sedang hari senin sebagai hari besar bagi nabi Muhammad, dan enam puluh tiga nabi yang diutus berjumlah 124.000 (Seratus dua puluh empat ribu) orang, sedang yang menjadi rasul hanya 313 orang. Dari sekian banyak nabi dan rasul, yang paling sempurna lagi mulia adalah Rasulullah Muhammad bin Abdillah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian baru tiga belas orang nabi dan rasul yang lain. Allah menciptakan hari ,selasa sebagai hari besar bagi nabi Sulaiman, dan lima puluh nabi yang diutus sezaman dengannya.

Hari Rabu sebagai hari besar bagi nabi Ya’qub, dan lima puluh nabi lain yang diutus sezaman dengannya. Hari Kamis sebagai hari besar bagi nabi Adam, dan lima puluh nabi lain yang diutus sezaman dengannya. Tinggal hari Jum’ah, adalah khusus milik Allah. rasulullah kemudian bertanya: “Ya Tuhanku, terus mendapat apakah umatku kelak di sisi-Mu?” jawab Allah: “Hai Muhammad, hari Jum’ah dan sorga adalah milik-Ku, yang kemudian Aku khususkan buat umatmu. keridhaanKu Aku curahkan bersamaan dengan datangnya hari Jum’ah, sedangkan sorga merupakan hadiah khusus buat umatmu.”

...............

Termakhtub...,

El? Apa kau tersenyum membacanya? Itulah kisah yang ingin aku ceritakan padamu. Tapi, aku tak sebaik dirimu, jadi maafkan aku. Di bawah pohon beringin tua, aku menantimu sebagai seorang Pelangi.

Wassalamualaikum,

Pelangi

           Secarik surat yang ditujukan untuk lelaki itu, yang mana sebelumnya teronggok sepi di atas meja. Telah selesai dibacanya, sepasang alisnya mengernyit, membentuk dan beradu menjadi satu garis lengkung. Masih tak bisa mengerti apa maksud dari tulisan yang ditulis oleh seseorang bernama Pelangi. Gadis itu, yang tiba-tiba muncul dan memberinya selembar surat?

           Meminta untuk bertemu. Bertatap muka. Ah, bukannya hal itu sudah amat dinanti-nanti oleh dirinya semenjak malam itu? Kenapa kali ini ia tiba-tiba merasa enggan? Apakah hari ini ia harus menemuinya? Di bawah pohon beringin tua? Taman asing di belakang kampus. El menatap ke atas, melihat tepat ke langit-langit, lalu ia memejamkan matanya.

           Tuhan? Apakah aku harus menemuinya? Di sana?

           Tak ada hitungan detik pun, langkah kakinya pun secepat kilat keluar dari base camp UKKI dan turun ke bawah menuju ke taman asing belakang kampus. Sebuah taman asing yang sering dihuni oleh para kutu buku yang tak mendapatkan kursi di perpustakaan, atau istilah lainnya dijauhi oleh siapapun. Pelangi..., pelangi, pelangi..., aku rindu padamu...

           Sangat-sangat rindu.

           Sang angin mulai berhembus membisik ke dalam dada sang pencari. Melesat...lesat, jauh secepat kilat menyambar syahdu. Tak memekik telinga, lembut, dan berkata...

Lihat selengkapnya