BUNGA 3 WARNA

Ayu S Sarah
Chapter #2

MATRYOSHKA

“Relasi antara aku denganmu akan menjadikan jiwa yang terpenggal ini untuk dijadikan satu, melalui sebuah karya Tuhan yang dinamis.”



Benteng tinggi mengurung pandangannya. Jeruji besi di puncaknya berkilat memantulkan cahaya matahari. Ranu Embun mendongak, menatap langit biru yang berjarak ribuan kilometer dan hanyut dalam khayalannya yang terbang jauh melampaui dinding itu. Untuk sesaat, dia lupa di mana dirinya berada – sampai suara gaduh memecah lamunan.

Taman di bawah sana dipenuhi orang. Ada yang tertawa, berteriak, beberapa bercakap sendiri seolah bicara dengan hantu yang tak kasatmata, atau sekedar berjalan tanpa arah. 

“Embun,” suara itu membuatnya menoleh. Dr. Agatha berdiri di belakang, tersenyum ramah.

“Terima kasih sudah menunggu,” katanya.

“Tidak masalah, dok.”

“Ayo ke ruanganku. Kita bicara di sana.”

Embun mengikuti dari belakang. Mereka berjalan menyusuri lorong panjang, langkah sepatu menekan lantai seperti jarum jam. Bau disinfektan bercampur aroma kertas tua merayap masuk ke hidung.

Di depan ruang praktik, seorang wanita mungil dengan pakaian warna-warni sedang memohon pada Erika, asisten Agatha.

“Anak saya… dia bahkan tidak mau mengakui saya sebagai ibunya…” 

Kalimat itu menggantung di udara, sebelum Agatha menutupnya dengan senyum singkat dan mempersilahkan Embun masuk.

Ruangannya kecil, lampu kuning redup. Di belakang meja kerja Agatha tergantung lukisan abstrak – latarnya dipenuhi sapuan tinta berwarna abu-abu yang menyerupai awan kelabu. Ditengahnya tergambar siluet samar, seraut wajah dengan percikan tinta yang seolah menangis. Bagian bawah lukisan didominasi oleh pulasan tinta hitam pekat, seperti bayangan gelap. Komposisi ini menciptakan perasaan melakolis, misterius, suram, tapi mengandung refleksi yang mendalam.

Embun menatapnya lama. Lukisan itu meninggalkan perasaan rindu dan kesedihan pada sesuatu yang tak pernah benar-benar dia miliki.

“Kamu apa kabar, Embun?” suara Agatha memotong lamunannya.

“Baik.” Jawabnya singkat.

“Mengenai ibumu, tidak banyak perubahan. Tapi sepertinya dia mulai kerasan di sini. Kita lihat seminggu lagi ya.”

Lihat selengkapnya