BUNGA 3 WARNA

Ayu S Sarah
Chapter #6

DUNIA YANG INGIN DIKENALI

Keesokan harinya, Sal berdiri di depan pintu ruang praktik Agatha. Ketukan tangannya terdengar pelan, penuh keraguan. Dia tahu, kedatangannya kali ini mungkin tak akan memberinya jawaban pasti tentang rasa ingin tahunya yang sejak beberapa hari ini terus mengganggu pikirannya. Rasa penasarannya terhadap Nilam sudah terlalu dalam untuk diabaikan.

Agatha, seperti biasa, duduk tenang di balik mejanya. Tatapannya hangat tapi tajam. “Sal, ini kunjungan yang tidak biasa. Ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan?” tanyanya.

Sal menarik napas panjang sebelum duduk. “Aku ingin tahu tentang seseorang.” Ungkapnya.

“Siapa?”

“Nilam.”

Alis Agatha sedikit terangkat. Ekspresinya berubah sekejap, namun cepat dia kendalikan. “Kamu sudah tahu aku tidak bisa membicarakan pasien tanpa izin mereka.”

Sal tersenyum tipis, seolah sudah menduga jawaban itu. “Aku tahu. Aku tidak meminta rahasia medis apa pun. Aku hanya ingin lebih memahaminya.”

“Kenapa kamu begitu tertarik?” tanya Agatha hati-hati.

Sal terdiam sejenak, menatap ke luar jendela sebelum kembali menoleh. “Karena dia berbeda. Dia bukan hanya orang yang aku temui di kedai kopi. Ada sesuatu dalam dirinya, seperti seorang yang hidup di batas antara ingin dikenal dan ingin tetap tersembunyi.”

Agatha menyandarkan tubuhnya, lalu berkata lembut, “Sal, kamu seorang terapis. Kamu tahu, beberapa orang menyimpan bagian tertentu dari diri mereka bukan untuk ditemukan, tapi untuk dilindungi.”

“Jadi, menurutmu aku harus berhenti mencoba mengenalnya?”

Agatha menatapnya dalam-dalam. “Aku tak bisa memberitahumu apa pun tentang Nilam. Tapi aku bisa bilang begini: kadang memahami seseorang bukan berarti mengetahui semuanya, melainkan menerima apa yang mereka izinkan untuk kamu lihat.”

Sal mengangguk pelan. Kata-kata itu membekas. “Jadi aku hanya harus menunggu sampai dia sendiri yang ingin bercerita?”

“Jika kamu benar-benar ingin mengenalnya, maka bersabarlah. Karena mungkin, bagian terbaik dari dirinya tidak bisa terburu-buru untuk ditemukan.”

Sal tak mendapatkan informasi apa pun dari Agatha, tapi hatinya justru semakin yakin bahwa dia ingin mengenal Nilam, dengan caranya sendiri.

***

Malamnya, hujan reda. Udara terasa segar, menyisakan aroma tanah basah. Sal kembali ke kedai kopi tempat dia bertemu lagi Nilam. Di sana, Nilam duduk di sudut yang sama, dekat jendela. Dia memainkan sendok dalam cangkirnya, tatapannya kosong seakan sedang berlayar di pikirannya sendiri.

Sal melangkah mendekat, menarik kursi di depannya, lalu duduk begitu saja – seperti seorang yang sudah cukup nyaman untuk melakukannya.

“Aku hampir saja mengira kamu tidak akan datang malam ini,” ucapnya.

Nilam menoleh cepat, sedikit terkejut tapi kemudian tersenyum samar. “Dan kalau itu benar, kamu akan kecewa?”

“Mungkin,” jawab Sal sambil tertawa kecil. “Tapi lebih tepatnya… penasaran.”

“Perasaan tentang apa?”

“Tentang dirimu. Tentang kenapa kamu selalu terlihat seperti seseorang yang hidup di antara dua dunia, tapi ingin dimiliki oleh salah satunya.”

Mata Nilam menyipit, berusaha membaca maksudnya. “Kedengarannya seperti sesuatu yang kamu pikirkan sepanjang hari,” ujarnya pelan.

“Ya. Bahkan tadi aku sempat berbicara dengan seseorang, tentang bagaimana mencoba memahami tanpa harus mengetahui segalanya.”

Keheningan jatuh di antara mereka. Tatapan mereka bertemu, membawa percakapan yang tak perlu diucapkan. 

Dengan nada sedikit bermain, Nilam bertanya. “Dan kamu ingin mencoba memahami aku?”

“Hanya jika kamu mengizinkan,” jawab Sal sambil menyesap kopi.

Nilam menatapnya lama. Ada sesuatu yang rapuh namun hangat di balik matanya. “Aku bukan orang yang mudah dipahami, Sal.”

Lihat selengkapnya