"Bagi siswa yang saya sebut namanya tadi, mohon segera berkumpul di aula. Terima kasih."
Upacara bendera sudah selesai, tetapi ada pengumuman tambahan yang membuat beberapa siswa yang dipanggil harus datang ke aula. Walau tak lagi berpanas-panasan, panggilan itu cukup menegangkan. Hanya ada dua kemungkinan. Pertama, soal pembayaran SPP. Kedua, inspeksi mendadak, alias sidak!
"Ris, mau kemana?" Tepukan yang cukup mengejutkan itu justru membuat si penepuk merasakan sakit. Pasalnya, gadis yang bahunya ditepuk adalah seorang atlet silat. Dengan spontan, ia menangkis tangan si penepuk dan melipatnya. "Aw," ringis gadis itu. "Lepasin, Risa!"
"Eh, sorry-sorry." Risa memasang wajah bersalah saat ia sadar tangannya itu bergerak secara refleks. Ia tak sengaja menangkis kasar tangan Maya yang menepuk bahunya tadi. "Lo, sih! Pake ngagetin segala," ia balik menyalahkan.
"Siapa yang ngagetin, sih? Gue cuma mau nanya, lo kemana?"
"Ke kant—eh ... ke kelas lah," jawab Risa acuh. Gadis itu segera melangkah, tetapi Maya kembali mencegatnya.
"Ck! Gue belum selesai ngomong!" Maya mulai melotot. Ia menahan bahu Risa agar tidak berjalan lebih jauh lagi. Tidak ada orang yang masih berdiri di lapangan upacara selain mereka berdua, tak heran jika kini mereka jadi pusat perhatian para kakak kelas.
"Apa lagi, sih?" tanya Risa kesal.
"Lo gak denger tadi nama lo disebut sama Pak Beni? Disuruh ke aula!" Maya mulai berseru. Risa memang menyebalkan, ia tak pernah mendengar pengumuman dengan seksama. Walau Risa berada di barisan aubade, Maya tahu, gadis itu pasti melakukan hal yang sama seperti saat ia berada di barisan kelas.
Selama upacara, yang Risa lakukan adalah menyolek teman-temannya, mengunyah permen karet, menghitung jumlah langkah pengibar bendera, memandangi kakak kelas yang ganteng, dan menertawai ekspresi guru saat berbaris. Gadis itu senang mengganggu anggota aubade yang sebagian besar berasal dari kelas yang berbeda dengannya. Bahkan, ia tak segan-segan untuk mengerjai kakak kelas yang juga tergabung dalam anggota aubade. Risa memang cewek barbar.
"Oh," jawab Risa singkat, "bilang dong." Gadis itu beranjak pergi meninggalkan Maya sendirian di tengah lapangan. Maya hanya bisa geleng-geleng keheranan dengan sikap gadis bernama Risa itu.
*****
"Kamala Agatha Clarissa?"