Djiwa meremas kedua lututnya kuat. Sensasi dingin mulai merayap dari balik kemeja putih yang membalut tubuh atletisnya. Gadis yang tadi ia buat kesal, kini duduk tepat di hadapannya. Menatap datar ke arahnya dengan pandangan penuh selidik; seolah ingin menguliti dirinya. Namun, meskipun gugup, Djiwa tetap duduk tegak dan berusaha tampil percaya diri. Karena berada di tempat ini adalah mimpi sejak lama.
"Jadi, Djiwa ...." Kayra menelan saliva mendapati kedua mata cokelat keemasan milik pemuda itu tengah menatapnya hangat. Entah apa yang membuat dadanya tiba-tiba berdebar tak beraturan. "Ka--mu adalah pemenang berkilau kontes di Malaysia?" tanyanya parau.
Dengan penuh percaya diri Djiwa menganggukkan kepala cepat. "Betul," jawabnya bangga.
Mendengar suara sonor --lembut, tegas, dan berat-- milik pemuda itu, membuat Kayra mengulum senyum. Ia teringat pada George Clooney yang memiliki suara serupa. Suara yang membuatnya tergila-gila kepada aktor yang membintangi Ocean's Eleven tersebut.
"Tapi kenapa aku tidak melihat pengalaman kerja di profilmu?" tanya Kayra seraya membolak-balik kertas berisi riwayat hidup Djiwa yang ada di tangannya. Tentu saja hal itu menimbulkan tanda tanya besar. Pasalnya, berkilau kontes adalah ajang paling bergengsi di Asia Tenggara. Aneh jika sang juara tidak mendapatkan tawaran kerja dari perusahaan-perusahaan besar.
"Aku mendapat beberapa tawaran dari perusahaan yang ada di Malaysia dan Singapura, bahkan satu tawaran datang dari Perancis. Tapi dengan terpaksa harus aku tolak," kata Djiwa menjelaskan.
"Kenapa?"
"Karena saat itu aku harus mengurus kakak yang sedang sakit. Kami hanya berdua. Jadi aku tidak bisa meninggalkannya untuk bekerja di negara lain."
Kayra tertegun. Pemuda yang duduk di hadapannya memiliki daya tarik tersendiri. Di usianya saat ini, orang lain akan melakukan apa pun untuk menggapai impian mereka, bahkan jika harus pindah ke ujung dunia sekalipun. Sangat jarang, ada anak muda yang mau mengorbankan impian mereka demi merawat sang kakak yang sedang sakit.
"Kamu tidak menyesal melepaskan kesempatan emas itu?"
"Tidak!" sahut Djiwa tegas. "Aku bisa menemukan banyak peluang lain. Aku masih bisa mengejar kesempatan lain. Tapi aku tidak akan bisa mengulangi momen berharga yang tidak akan pernah terulang lagi bersama kakakku. Tidak ada alasan untuk menyesali keputusan itu."
Kepala Kayra mengangguk pelan. "Jelaskan tentang dirimu secara singkat, dan buat aku mengenalmu," pintanya.
Djiwa memperbaiki posisi duduknya dan menatap sepasang mata almond Kayra dengan berani. "Aku pemuda berusia dua puluh lima tahun, hanya lulusan SMA dan tidak memiliki banyak pengalaman bekerja, tapi aku memiliki mimpi besar yang ingin aku wujudkan. Kemampuan merancang yang aku miliki tidak didapat dari sekolah desain dan sejenisnya. Melainkan karena hobi semata. Sesekali aku membuka internet untuk mencari referensi dan menuangkannya ke atas kertas dengan pensil yang aku beli dari warung tetangga. Meski tidak menghasilkan uang besar, saat kelas lima SD aku pernah menjual hasil rancangan pertamaku kepada pemilik toko emas di pasar. Begitu juga setelah memenangkan kontes di Malaysia, aku bekerja sebagai freelancer untuk beberapa brand ternama. Aku menyertakan salah satu rancangan yang dibeli seharga dua puluh lima ribu dolar oleh brand asal Perancis. Motivasiku hanya satu; fokus dan bekerjalah dengan baik agar tidak perlu berpikir dua kali untuk sekedar membeli sebungkus nasi goreng di pinggir jalan."
Singkat. Namun, Kayra bisa melihat siapa lelaki yang kini duduk di hadapannya. Djiwa memiliki sifat seperti anggrek bulan; berani, tegas, lembut, dan ada keindahan tersembunyi di antaranya. Tanpa sadar, hati Kayra telah menempatkan nama pemuda itu di sudut paling istimewa yang belum pernah diisi oleh siapa pun selama ini.
Secepat itu hati manusia menemukan kenyamanan hanya dengan satu interaksi singkat.
"Baiklah, Djiwa ...." Kayra menyandarkan tubuhnya ke belakang lalu menatap pemuda itu penuh selidik. "Kenapa kamu memilih House of Permata?" lanjutnya.
"Karena ini adalah salah satu perusahaan terbesar di Asia. Selain karena gajinya yang menjanjikan, aku juga ingin orang-orang memakai rancanganku dengan penuh kebahagiaan."